Struktur Sintaksis

Leave a Comment
Abdul Chaer (2009: 37) mengungkapkan, secara hierarkial dibedakan adanya lima macam satuan sintaksis, yaitu kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.  Lebih lanjut, Chaer (2009: 37) menjelaskan bahwa yang dimaksud secara hierarkial adalah kata, di mana merupakan satuan terkecil yang membentuk frase. Lalu, frase membentuk klausa; klausa membentuk kalimat; kalimat membentuk wacana, sehingga dapat dikatakan bahwa kata merupakan satuan yang paling kecil, sedangkan wacana merupakan satuan terbesar. Hal tersebut berbeda dengan paham tata bahasa tradisional yang mengatakan bahwa kalimat dalam kajian sintaksis.


1.      Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna (Lamuddin Finoza, 2010: 80). Pendapat lain mengatakan bahwa kata dapat dimaknai sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat dipergunakan dalam berbahasa (Zaenal Arifin, 2012: 81). Sementara menurut Mulyana, pada kenyataannya suatu kalimat mungkin saja hanya terdiri atas satu kata (Mulyana, 2005: 7), sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun jika dilihat dalam sebuah struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian dari kalimat.

Jika dilihat dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan, dan kata yang bermorfem banyak atau kata berimbuhan (Lamuddin Finoza, 2010: 81). Secara lebih jauh, Lamuddin (2010:82) membagi sepuluh jenis kata secara tradisional di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia, termasuk bahasa Indonesia, yaitu kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata ganti (pronomina), kata keterangan (adverbia), kata bilangan (numeralia), kata sambung (konjungsi), kata sandang (artikula), kata seru (interjeksi), kata depan (preposisi).

2.      Frase

Frase adalah sekelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat (Lamuddin Finoza, 2010: 100). Sementara Abdul Chaer (2009:39) mengatakan, frase dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis. Dapat dikatakan bahwa susunan yang berupa kelompok kata menunjukkan frase lebih tinggi dari kata. Akan tetapi, Lamuddin (2010:100) memberikan batasan dan susunan tersebut, berarti membentuk frase bukanlah meyandingkan kata-kata seperti membuat kalimat pada umumnya, melainkan harus nonpredikatif dan menghasilkan makna yang lebih luas dari kata.

Frase yang juga sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis mempunyai kategori. Maka kita mengenal adanya frase nominal, frase verbal, frase ajektifal, dan frase preposisional. Sementara jika kita lihat dari hubungan kedua unsur-unsurnya dikenal adanya frase koordinatif dan frase subordinatif. Selain itu, jika kita lihat dari keutuhannya sebagai frase dikenal adanya frase eksosentrik dn frase endosentrik.

3.      Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif (Abdul Chaer, 2009:40). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa di dalam konstruksi klausa ada komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat. Hal tersebut rupanya sejalan dengan batasan klausa dari Lamuddin (2010:117) bahwa klausa adalah sekelompok kata yang mengandung subjek dan predikat, sehingga di sini berarti meskipun kalimat tunggal, pasti mempunyai klausa karena kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat.

Sementara Abdul Chaer berpendapat, klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori dan tipe kategori yang menjadi predikatnya, yaitu sebagai klausa nominal, klausa verbal, klausa ajektifal, klausa preposisional, dan klausa numeral.

4.      Kalimat

Kalimat secara umum dipahami sebagai kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran (Zaenal Arifin, 2012:83). Lebih lanjut, berdasarkan aspek semantisnya, Gie dan Widyamartaya (Mulyana, 2005:8) mengatakan bahwa kalimat memiliki makna sebagai serangkaian kata yang menyatakan pikiran gagasan yang lengkap dan logis. Bahkan, Foker (Mulyana, 2005:8) menyatakan bahwa kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh intonasi (sempurna). Sementara itu, Abdul Chaer (2009:44) memberikan pendapat bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan disertai dengan intonasi final.

Lebih lanjut Abdul Chaer (2009:45) membagi jenis kalimat menjadi beberapa macam.
a.  Berdasarkan kategori klausanya dibedakan menjadi kalimat verbal, kalimat adjektifal, kalimat nominal, kalimat preposisional, kalimat numeral, dan kalimat adverbial.
b. Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan menjadi kalimat sederhana, kalimat bersisipan, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk kompleks.
c.  Berdasarkan modusnya dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seruan (interjektif), kalimat harapan (optatif).

5.      Wacana

Menjadi satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis, wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat (Abdul Chaer, 2009:46). Maksud dari pengertian yang diungkapkan Abdul Chaer di sini adalah bahwa sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat, akan tetapi mungkin juga terdiri dari beberapa kalimat.



Referensi
Arifin, Zaenal, dkk. Teori dan Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri. 2012.
Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2010.
Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar