Menjelang lebaran biasanya segala kebutuhan bahan pokok mengalami peningkatan dari hari-hari biasanya. Hal ini juga berlaku dalam kebutuhan gas rumah tangga. Saya sendiri punya cerita menarik pada lebaran tahun lalu terkait gas di rumah. Pada hari kedua lebaran, tiba-tiba gas di rumah habis (saya masih menggunakan gas LPG), dan kebetulan yang mendapat mandat untuk membeli gas LPG adalah saya.

Kalian tahu apa yang terjadi? Dari semua warung yang saya datangi, mulai dari satu RT hingga ke RT lain, bahkan sampai ke kampung-kampung tetangga saya telusuri tak satupun saya mendapat gas melon nan hijau itu. Jangan tanya apakah saya tidak mencarinya di Alfamart atau Indomaret, sebab itu semua juga hasilnya nihil. Alasan yang saya dapat pun rata-rata hampir sama, yakni belum mendapat kiriman karena libur lebaran dan adanya arus mudik yang membuat jalanan kena macet, sehingga menyebabkan pendistribusian sedikit tersendat.

Meski pada akhirnya saya tetap mendapatkan gas LPG, namun aksi keliling membawa gas melon tetaplah menjadi cerita lebaran saya yang menarik sekaligus menyebalkan. Hal ini sangat berbeda dengan yang terjadi dengan para pengguna gas bumi. Para ibu tetap tenang memasak, sebab meski libur lebaran namun aliran gas bumi milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ini tidak ikut libur. Pikir saya alangkah beruntung orang yang menggunakan gas bumi, lebaran tanpa disibukkan dengan acara keliling mencari gas LPG.

Ketersedian gas bumi memang memberikan sejumlah kemudahan bagi para penggunanya. Kemudahan yang didapat para pengguna tentu tidak lepas dengan kesigapan pemberi aliran gas bumi itu sendiri, yang dalam hal ini PT PGN. Menjelang lebaran, PGN menyadari akan ada peningkatan permintaan gas bumi di masyarakat. Sebelum hal itu terjadi, pihak PGN sudah memastikan bahwa ketersedian gas bumi tercukupi. Apalagi kalau berkaca pada 2012 lalu, di mana permintaan konsumsi gas bumi PGN mengalami kenaikan sekitar 10-25 persen menjelang puasa dan lebaran. Namun, hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi PGN. Sebab, sebelum itu terjadi PGN sudah menyiapkan langkah-langkah jitu guna menjaga kestabilan permintaan gas bumi saat itu, salah satunya dengan menambah infrastruktur berupa jaringan gas di wilayah kerjanya baik arah selatan maupun barat. Hal ini menunjukkan bahwa gas bumi memberikan kemudahan. Sekali lagi, beruntunglah kalian yang mendapat aliran gas bumi PGN.


Sumber:


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Kurang dari seminggu lagi kita akan berpisah dengan bulan Ramadan. Apa yang sudah kita lakukan selama bulan suci ini? Malam Lailatul Qadar, khatam quran, Inggris Brexit, atau ketemu mantan di acara buka puasa bersama. Sudahlah, tentu kita sendiri yang tahu dan menilai apa yang telah kita lakukan selama Ramadan ini. Namun, satu hal yang pasti kita harapkan menjelang berakhirnya bulan yang penuh kemuliaan ini, semoga kita bisa dipertemukan pada Ramadan berikutnya.

Berbicara bulan Ramadan yang sebentar lagi selesai, menurutnya saya ada satu momen yang luput dari kebanyakan orang. Kita semua tahu bahwa salah satu keistimewaan bulan Ramadan adalah karena bulan tersebut merupakan bulan diturunkannya Alquran, tepatnya pada 17 Ramadan. Maka dari itu, setiap 17 Ramadan kita mengenal istilah malam Nuzulul Quran.

Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam menyambut malam Nuzulul Quran. Kalau biasanya  di tempat saya tinggal, malam Nuzulul Quran diperingati dengan mengadakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) serta rangkaian berbagai kegiatan perlombaan islami, mulai dari lomba pidato hingga lomba adzan, mulaid ari anak kecil hingga remaja. Maka tidak heran kalau malam Nuzulul Quran di tempat tinggal saya disambut antusias anak-anak dan remaja. Apalagi, dalam kegiatan MTQ tersebut, peserta merupakan perwakilan dari musolanya masing-masing. Jadi, bisa dikatakan kalau acara MTQ di daerah saya menjadi ajang untuk menunjukkan ‘kehebatan’ musolanya masing-masing. Menurut saya hal itu tidak menjadi soal, justru persaingan tersebut semakin memacu anak-anak sekitar untuk semangat dalam belajar ilmu agama. Bukankah berlomba-lomba dalam kebaikan itu baik.

Sayangnya, tradisi MTQ di rumah saya saat ini sudah hilang sejak beberapa tahun lalu. Jangan tanya alasannya apa. Ya, kemajuan teknologi, di mana gadged lebih menarik hati anak-anak ketimbang Alquran membuat musola kian sepi dari rutinitas ibadah. Belum lagi gaya hidup remaja kita saat ini yang belum dikatakan gaul kalau belum “nongkrong”. Jadi, beginilah malam Nuzulul Quran di daerah saya, tak ubahnya malam-malam biasa yang hanya diisi oleh kegiatan taraweh.

Padahal peringatan Nuzulul Quran dapat dijadikan momen yang tepat untuk mengajak kita semua, khususnya generasi muda untuk senantiasa mengingat ajaran-ajaran yang terkandung dalam Alquran. Hal ini pula yang saya lihat dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang memperingati malam Nuzulul Quran dengan menggelar kegiatan-kegiatan positif, seperti memberikan sumbangan kepada anak yatim dan dhuafa.

Kegiatan yang dilakukan PGN ini laik mendapat apresiasi di tengah berkurangnya semangat dalam beragama, PGN justru hadir dengan memberikan nilai-nilai sosial kepada sesama. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa selain berkomitmen dalam pengadaan gas bumi, PGN juga berkomitmen dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tentunya, melalui kegiatan santunan kepada anak yatim dan dhuafa ini menjadi cikal bakal melahirkan kembali semangat qurani, yakni semangat mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Alquran.


Sumber:


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Minggu terakhir Ramadan ini rasanya terlalu banyak hal yang ingin saya ceritakan, tapi ya itulah saya semakin banyak isu malah semakin bingung untuk ditulis. Apalagi puasa tahun ini kita dibarengi dengan dua hajatan sepakbola besar di dua benua yang saat ini menjadi kiblat sepakbola dunia. Ya, EURO 2016 di Prancis dan Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat. Tahan dulu, saya di sini tidak akan membahas Inggris yang baru saja mengumumkan Brexit (Benar-benar exit). Saya katakan begitu, lah wong setelah mengumumkan keluar dari Uni Eropa, selang sehari Inggris juga exit dari EURO 2016. Ini membuktikan bahwa Inggris konsisten dalam mengambil sikap.

Saya juga tidak mau membahas tentang Argentina yang sudah empat kali di PHP-in di final setelah kemarin kembali gagal menjadi juara karena kalah adu tos-tosan sama Chile. Apalagi, setelah gagal juara, si Anak Emas alias Lionel Messi langsung mengumumkan untuk pensiun. Belum lagi isu sepakbola di negeri kita sendiri yang baru-baru ini kembali ramai akibat ulah brutal suporter salah satu klub. Rasanya, membahas sepakbola saat ini lebih seru ketimbang membahas kapan buka puasa bersama yang sekedar wacana, namun akhirnya batal.

Untung saja, Bukber bukan termasuk bagian ibadah di bulan Ramadan. Seandainya Bukber pahalanya setara dengan mengerjakan salat taraweh, saya yakin tempat makan bakal lebih ramai ketimbang masjid-masjid atau musola. Lah wong, di musola tempat saya saja shaf jamaahnya semakin mengalami kemajuan. Apalagi di bulan puasa kita juga diwajibkan membayar zakat. Seharusnya, kewajiban membayar zakatlah yang kita tekankan di bulan Ramadan, bukan memperbanyak acara Bukber.

Melalui zakatlah kita bisa membantu kepada sesama yaang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Maka tidak heran jika Islam sendiri memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat. Hal ini pula yang membuat PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk merasa terpanggil dengan memberikan bantuan berupa mobil sehat PGN. Melalui mobil sehat ini, PGN menggandeng Rumah Zakat memberikan layanan pengobatan kepada masyarakat di Gresik.

Pengobatan yang dilakukan di Balai Desa Karang Kering, Kecamatan Kebomas ini tentunya disambut penuh suka cita. Bahkan, dari data yang saya lansir di laman resmi Rumah Zakat, tercatat lebih dari 400 peserta yang mengikuti pengobatan tersebut, termasuk di dalamnya 52 Balita dan 30 ibu hamil.

Adanya kegiatan pengobatan yang dilakukan PT PGN dengan menggandeng Rumah Zakat ini menunjukkan bahwa selain mensejahterahkan rakyat dengan aliran gas buminya, kepedulian PGN juga dibuktikan dengan menggelar aksi sosial. Kalau PGN saja memanfaatkan perintah zakat untuk melakukan hal-hal yang positif, masa kita masih saja sibuk menunggu ajakan buka puasa bersama yang sampai lebaran datang hanya menjadi wacana.

Sumber:


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi