Besarnya potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia serta upaya yang sudah dilakukan oleh PT Perusahaan GasNegara Tbk (PGN) dalam mengembangkan potensi gas bumi tersebut bukan berarti tidak memiliki kendala atau tantangan. Sedikitnya ada empat hal yang menjadi tantangan dalam memanfaatkan potensi gas bumi di Indonesia yang melimpah ini.

Hal yang paling mendasar dalam mengoptimalkan gas bumi ini adalah kendala di sektor infrastruktur.  Apalagi melihat letak geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Jika pembangunan infrastruktur tidak merata, tentu menimbulkan masalah baru. Ketersedian infrastruktur dan permasalahan mengenai pembangunan infrasturktur memang masih menjadi tantangan. Maka tidak heran, hingga saat ini PGN sebagai perusahaan bentukan pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur gas di Indonesia.

Tantangan kedua yang dihadapi dalam mengembangkan gas bumi adalah infrastruktur penampung gas bumi. Jika melihat karakteristik gas bumi membuat proses pemanfaatannya lebih kompleks ketimbang minyak bumi. Hal tersebut dapat dilihat dari minyak bumi yang berbentuk cair sehingga mudah untuk ditampung dan diangkut. Berbeda dengan gas bumi yang notabene tidak bisa ditampung, sehingga begitu keluar dari dalam bumi harus segera dimanfaatkan.

Adanya kendala kedua ini menyebabkan pengembang lapangan gas baru dapat dilaksanakan setelah menunggu kepastian pembeli. Belum lagi jika pembeli berlokasi jauh dari lapangan produksi gas dan tidak memungkinkan dibangunan pipanisasi. Contohnya jika gas yang ditemukan terletak di Papua, sedangkan pembeli berlokasi di Sumatera atau Jawa. Perlu infrasruktur untuk mengubah gas itu menjadi cair agar bisa diangkut.

Jika hal tersebut sudah terjadi, maka alternatifnya adalah membangun fasilitas gas alam cair atau LNG (Liquefied Natural Gas). Melalui teknologi ini, gas terlebih dahulu dicairkan menjadi LNG, baru kemudian diangkut menggunakan kapal khusus pengangkut LNG. Saat sampai di daerah tujuan, gas cair kembali diubah menjadi gas sebelum dimanfaatkan oleh pengguna akhir. Upaya ini pun sebetulnya sudah dilakukan, di mana saat ini PGN memiliki fasilitas Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Lampung.

FSRU ini merupakan sebuah terminal terapung yang di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk menampung LNG dan fasilitas untuk mengubah LNG menjadi gas (regasifikasi). Adapun untuk FSRU Lampung terletak di lepas pantai yang berjarak sekitar 21 Km dari Labuhan Maringgai, Lampung. FSRU Lampung ini memiliki kapasitas penampung LNG 170.000 meter kubik dan kemampuan regasifikasi 240 MMSCFD (juta kaki kubik perhari). Bahkan, sejak April hingga akhir tahun 2016 ini, FSRU Lampung secara bertahap menerima kargo gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) sebanyak 8 kargo atau 1,1 juta meter kubik dari kilang LNG Tangguh, Papua. Adanya FSRU Lampung ini sedikitnya menjadi jawaban PGN dalam menghadapi tantangan terkait jarak lokasi antara pengembang lapangan gas dengan pembeli.

Tantangan ketiga yang dihadapi PGN dalam mengoptimalkan gas bumi adalah perlunya teknologi yang canggih untuk mengeksplorasi dan memproduksi gas bumi. Hal ini dengan melihat beberapa temuan cadangan gas baru yang umumnya berada di wilayah timur di Indonesia, seperti Blok Masela di Laut Arafura, Blok Muara Bakau, dan Proyek Indonesia Deep Water Development (IDD) di Makassar. Tentunya kegiatan eksplorasi dan produksi gas di wilayah tersebut lebih sulit, sehingga perlu teknologi yang lebih canggih.

Perlunya PGN menghadirkan teknologi canggih dalam mengeksplorasi gas bumi juga memberikan konsekuensi. Sebab, pengembangan gas membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga investor akan sangat berhati-hati dalam mengalkulasi. Artinya, aspek keekonomian pengembangan lapangan pun menjadi perhatian ketika memanfaatkan gas, terutama saat penentuan harga.

Dalam mengoptimalkan potensi gas bumi di Indonesia, PGN tentu menyadari berbagai tantangan tersebut. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia, muali dari rumah tangga, hotel, pesantren hingga industri yang memanfaatkan gas bumi PGN. Kita semua tentu berharap akan semakin banyak masyarakat yang mendapat berkah dari potensi gas bumi yang melimpah ini.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Sumber:


Potensi gas bumi Indonesia yang besar menjadi solusi energi alternatif mengatasi persoalan semakin menipisnya energi BBM. Apalagi jika melihat potensi cadangan gas bumi di Indonesia yang besar. Setidaknya untuk saat ini dan masa mendatang gas bumi sebagai sumber energi dan sumber bahan baku memiliki peran penting. Lantas apa saja yang sudah dilakukan pemerintah termasuk pihak pengembang dalam memaksimalkan potensi gas bumi ini. Mengingat, gas bumi ini juga menjadi alternatif pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun kendaraan bagi masyarakat yang saat ini masih sangat bergantung pada energi fosil (BBM). Upaya menggulirkan program konversii BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG) pun terus dilakukan.

Hal ini melihat cadangan gas bumi yang dimiliki Indonesia cukup untuk 50 tahun ke depan. Dengan melimpahnya cadangan gas bumi yang dimiliki, Indonesia juga masih bisa mengekspor gas bumi tersebut hingga 40 persen. Tentunya ini berbanding terballik dengan BBM, di mana Indonesia harus mengimpor sekitar 40 persen.

Besarnya cadangan gas bumi di Indonesia membuat PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang merupakan perusahaan milik negara bentukan pemerintah telah merintis pengembangan jaringan pipa gas bumi sejak 1974 dalam bentuk melakukan pipanisasi. Melalui kinerja PGN, 6.400 kilometer pipa transmisi dan distribusi telah berhasil dibangun. Selanjutnya, sejak mendapat tugas dari pemerintah melalui Kementerian ESDM,  perusahaan yang berada di bawah BUMN ini telah membangun infrastruktur gas bumi, di antaranya meliputi proyek pipa distribusi gas bumi Panaran, Tanjung Pinang, di Batam yang diresmikan langsung oleh Sudirman Said yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri ESDM. Peresmian infrastruktur tersebut juga dibarengi dengan peresmian pipanisasi lainnya yang ada di wilayah Tangerang dan Bogor


Selain membangun tiga proyek infrastruktur gas di Batam, Tangerang, dan Bogor, dalam perjalanannya PGN juga telah melakukan sejumlah inisiatif dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur baru di wiliyah eksisting maupun daerah baru. Hal itu dapat dilihat dari upaya yang terus mengembangkan pemanfaatan gas bumi di Semarang, melalui pembangunan kluster-kluster baru, seperti yang dilakukan di Semarang, PGN berharap akan lebih  banyak industri dan rumah tangga yang dapat menikmati manfaat gas bumi.


Pengembangan infrastruktur yang dilakukan PGN juga di daerah Jawa Timur juga dapat dilihat dari pembangunan pipa baru sepanjang 72 kilometer. Pembangunan infrastruktur tersebut terdiri atas tiga  jaringan distribusi gas bumi dan berada di dua wilayah, yakni jalur Kejayan-Purwosari (15 kilometer) berlokasi di area Pasuruan, jalur Kalisongo-Waru (30 kilometer) berlokasi di area Sidoarjo, dan jalur Jetis-Ploso (27 kilometer) berlokasi di Sidoarjo.

Dalam kinerjanya, PGN tidak hanya mengembangkan dan membangun infrastruktur yang ada, namun juga turut melakukan sosialisasi dalam hal penggunaan gas bumi. Hal tersebut dapat dilihat saat PGN mensosialisasikan penggunaan gas bumi kepada para warga di sejumlah perumahan di Pasuruan.


Selain di Jawa Timur, PGN juga telah menyelesaikan proyek pipa distribusi gs bumi di wilyah Nagoya, Batam sepanjang 18,3 kilometer. Proyek ini mampu memasok gas bumi sebanyak 17 MMSCFD yang dialirkan ke rumah tangga, industri, UKM, dan pembangkit listrik. Selengkapnya bisa dibaca Mengenal Nagoyadan Gas Buminya.

Belum cukup sampai di situ, PGN juga menyelesaikan pembangunan pipa transmisi gas bumi open access Kalimantan – Jawa (Kalija)I seoanjang lebih dari 200 kilometer. Pipa gas Kalija I ini menghubungkan sumber gas Lapangan kepondang di Laut Utara Jawa Tengah ke pembangkit listrik PLN Tambak Lorong. Infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun sepanjang lebih dari 1.680 kilometer tersebut di antanya proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa Distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping, dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya.

Hingga saat ini, PGN telah membangun dan mengoperasikan pipa gas bumi mencapai lebih dari 7.100 kilometer. Jumlah ini setara 76 persen dari total pipa gas bumi nasional. Kita berharap, upaya yang dilakukan PGN dalam membangun dan mengembagkan infrastruktur gas bumi terus berlanjut, sehingga semakin banyak masyarakat Indonesia yang menikmati manfaat gas bumi ini, yang secara otomatis juga membantu menekan angka impor BBM.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Sumber:
Masih ingat dengan tulisan saya tentang “Bajaj Gratis dan Upaya melepas Penjajahan Energi Impor”. Dalam tulisan tersebut, secara garis besar saya ingin menyampaikan bahwa program “Ayo Kita NgeGas Merdeka” yang diadakan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dalam memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ini bukan hanya sebatas seremonial perayaan tahunan. Lebih dari itu, melalui program ini PGN membuktikan bahwa perusahaan milik BUMN tersebut mendukung program pemerintah dalam mewujudkan transportasi umum berbasis Bahan Bakar Gas (BBG).


Adapun untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-71 tahun ini, PGN kembali mengadakan program serupa. Masih dengan tema “Ayo Kita NgeGas Merdeka”, masyarakat kembali bisa naik bajaj gas gratis pada 14 hingga 20 Agustus 2016. Selama rentang waktu tersebut, bajaj-bajaj yang bertanda khusus akan beroperasi mulai jam 7 pagi hingga jam 5 sore.




Bagi masyarakat yang ingin menaiki bajaj gratis ini, bisa langsung mendatangi lokasi-lokasi yang telah disediakan, mulai dari Jakarta Utara (Thamrin, Sarinah, Monas, Bendungan Hilir atau Benhil, Stasiun Kota, Masjid Istiqlal, Rusun Kebon Kacang, Stasiun Gondangdia), Jakarta Barat (RS Sumber Waras, Pasar Grogol, Pasar Kopro, RS Tarakan, Perempatan Kemis Kedoya), Jakarta Utara (Mega Mall Pluit, Waduk atau RS Pluit, Jucntion Mall, Pasar Ikan Muara Karang), serta Jakarta Timur (Masjid Jami Matraman, Gramedia Matraman, Stasiun Pondok Jati, RS Premiere Jatinegara).

Selain naik bajaj gas gratis, melalui program ini masyarakat juga berkesempatan mendapat hadiah yang telah disediakan PGN. Caranya cukup memposting (komentar/foto/video) pengalaman seru naik bajaj gas atau pengetahuan tentang gas bumi PGN ke media sosial (facebook, path, instagram, twitter, atau youtube) dengan hastag #PGNenergibaik, kemudian capture postingan tersebut dan kirim email ke ayokitangegas@pgn.co.id (untuk video harus disertakan link youtube) dengan format subject email: nama dan tanggal lahir sesuai KTP/SIM/Kartu Pelajar.




Hadiah yang diberikan PGN pun tidak tanggung-tanggung, yakni senilai masing-masing Rp1 juta untuk 17 orang pertama, kemudian Rp750 ribu untuk 8 orang kedua, dan Rp500 ribu untuk 45 orang ketiga. Adapun untuk pemenang yang beruntung akan diumumkan pada 29 Agustus hingga 9 September 2016 di website resmi PGN www.pgn.co.id.





Adanya program “Ayo Kita NgeGas Merdeka” yang diadakan PGN, selain turut mendukung program pemerintah dalam mewujudkan transportasi umum berbasis BBG, juga menjadi upaya PGN dalam mengampayekan agar masyarakat tidak lagi bergantung pada bahan bakar minyak yang merupakan hasil impor dari negara lain.

Sumber:



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Indonesia pernah tercatat sebagai negara kaya akan minyak bumi. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan Indonesia memproduksi 853.000 barel per hari (bph), sedangkan kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri saat itu hanya 122.000 bph. Dengan kata lain, saat itu Indonesia mengalami surplus sekitar 730.000 bph. Namun, seiring pertumbuhan ekonomi, konsumsi BBM pun terus meningkat. Hal ini menyebabkan produksi minyak semakin berkurang dan tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri. Akhirnya jalan yang paling bijak dilakukan pemerintah adalah melakukan impor minyak.

Kian dominannya konsumsi BBM di kalangan masyarakat Indonesia seiring bertambahnya jumlah penduduk yang secara otomatis meningkat pula kendaraan bermotor. Hal tersebut diperparah dengan kecenderungan masyarakat Indonesia dalam pemanfaatan sumber daya energi yang dihasilkan BBM. Padahal, dengan jumlah konsumsi yang terus meningkat secara otomatis juga menyebabkan harga BBM naik, bahkan mengalami kelangkaan. Hal inilah yang harus disadari masyarakat Indonesia untuk beralih menggunakan energi alternatif guna mengatasi permasalahan BBM yang semakin langka.

Mengacu pada tulisan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim bahwa saat ini pemanfaatan energi fosil (BBM) masih besar, yakni sekitar 94 persen, sedangkan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan baru 6 persen. Padahal, dengan berkaca pada cadangan energi fosil yang semakin lama semakin menipis, sudah saatnya pemerintah beralih fokus menggunakan Energi Baru dan Terbarukan. Selengkapnya…

Berbicara Energi Baru dan Terbarukan, maka gas bumi menjadi salah satu jawaban sebagai solusi energi alternatif mengatasi persoalan semakin menipisnya energi BBM. Apalagi jika melihat potensi cadangan gas bumi di Indonesia yang besar. Setidaknya untuk saat ini dan masa mendatang gas bumi sebagai sumber energi dan sumber bahan baku memiliki peran penting.

Besarnya potensi yang dimiliki gas bumi untuk dikembangkan, membuat pemerintah melakukan kajian dan menetapkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2010-2025 dan menetapkan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional, serta memprioritaskan pemanfaatan melalui Kebijakan Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi dalam Negeri.

Besarnya cadangan gas bumi memposisikan Indonesia di urutan ketiga sebagai negara yang memiliki cadangan gas terbesar di wilayah Asia Pasifik (setelah Australia dan Republik Rakyat Tiongkok). Besarnya cadangan gas bumi yang dimiliki pula membuat Indonesia memproduksi sekitar dua kali lipat dari gas bumi yang dikonsumsi. Sayangnya, produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan gas dalam negeri. Bahkan, masih ada kekurangan gas untuk industri-industri domestik di Indonesia. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai perusahaan yang mengalirkan gas bumi.

Selain menjadi alternatif mengatasi energi BBM yang kian menipis yang (juga) secara otomatis menekan impor BBM, pemanfaatan gas bumi ini juga dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik yang jauh lebih bersih dari pada BBM. Hal ini menunjukkan bahwa gas bumi juga menjadi jawaban sebagai energi yang ramah yang ramah lingkungan.

Sumber:



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Suasana diskusi teknis pengelolaan bank tanah yang diadakan Balai Perumahan dan Lingkungan Pusat Litbang Perumahan dan Pemukiman, pada 27 Mei 2016. (foto: http://bit.ly/2aI6RHJ)

Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia menimbulkan berbagai permasalahan yang harus segera ditangani. Salah satu dampak yang cukup terasa dengan bertambahnya jumlah populasi  di Indonesia adalah permintaan hunian yang terus meningkat. Alhasil, masalah kekurangan jumlah hunian untuk masyarakat pun mulai terjadi, bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota yang menjadi penyangga, seperti Bekasi. Bahkan, dari data yang dilansir metrotvnews.com, saat ini selisih kebutuhan dan ketersedian rumah di Indonesia mencapai 13,5 juta unit. Data ini menunjukkan bahwa masih ada 13,5 juta keluarga tak memiliki rumah untuk tempat tinggal.

Terkait permasalahan kekurangan rumah bagi masyarakat Indonesia, terdapat tiga faktor yang menjadi permasalahan utama yang harus dihadapi, yakni meningkatnya permintaan, hambatan birokrasi, serta ketersedian lahan. Dilansir dari laman Beritasatu.com jumlah populasi yang terus berkembang membuat banyak lahan dimanfaatkan untuk dibangun perumahan. Sekitar 800.000 rumah baru dibangun setiap tahun untuk meminimalisir terjadi kekurangan. Kemudian masalah peraturan yang berbelit-berbelit dan menyulitkan membuat kalangan pengembang memilih fokus pada segmen menengah ke bawah yang lebih menjanjikan. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakmerataan saat proses pelaksanaan pembangunan.

Lebih lanjut, ketersedian lahan ini berkaitan dengan mencari tempat yang pas untuk membangun sebuah hunian. Memang ada banyak lahan yang tersedia, namun masalah pembebasan lahan menjadi kendala. Belum lagi terkait ketersedian lahan berkaitan dengan apakah lahan tersebut strategis untuk dijadikan lahan hunian, tentunya ini menjadi pertimbangan para pengembang. Sementara reklamasi yang digadang-gadang menjadi solusi dalam penambahan jumlah lahan, saat ini membuat kalangan pengembang berpikir dua kali. Hal tersebut tidak lepas karena adanya kasus reklamasi yang terjadi di Jakarta Utara.

Pembebasan lahan memang kerap menjadi masalah klasik tersendatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus berupaya mengatasi pembebasan lahan, salah satunya dengan mendirikan bank tanah (land bank). Wacana bank tanah ini sebenarnya sudah disuarakan sejak April tahun lalu, saat Kementerian PUPR masih dijabat Ferry Mursyidan Baldan. Saat itu Ferry M Baldan memiliki konsep melalui bank tanah ini nantinya akan dibentuk lembaga semacam bank tanah. Lembaga ini yang nantinya berfungsi dalam penyedian lahan untuk perumahan rakyak dan pembangunan infrastruktur.

Meski terbilang terlambat dari negara-negara lain, namun pendirian bank tanah ini menjadi solusi yang tepat, apalagi jika teralisasikan dengan baik. Bank tanah ini sendiri sebenarnya memiliki fungsi utama menyimpan data tentang ketersedian tanah di berbagai daerah. Tidak hanya itu, pembentukan bank tanah dapat dimanfaatkan sebagai instrumen untuk menjaga harga tanah.

Kini kehadiran Sofyan Djalil sebagai menteri baru di tubuh Kementerian PUPR menggantikan Ferry Mursyidan Baldan tentu diharapkan bisa menjadikan bank tanah sebagai fokus dalam mengatasi masalah pembebasan lahan yang kian mendesak.  Adanya bank tanah, selain menjadi salah satu solusi dalam mengatasi pembebasan lahan yang kerap menyulitkan proyek infrastruktur, juga menjadi solusi untuk memenuhi perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Meski baru sebatas konsep, pendirian bank tanah jelas kian terealisasi. Hal ini dapat dilihat kebijakan pemerintah yang menganggarkan pendirian dan operasi bank tanah dalam Rancangan APBN-Perubahan 2016, dengan alokasi anggaran yang diperkirakan melebihi Ro2,5 triliun. Bank tanah ini nantinya akan berbentuk Badan Layanan Hukum (BLU) dan akan memfasilitasi penyedian lahan untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, terutama untuk proyek yang masuk kategori prioritas.

Realisasi pendirian bank tanah semakin terlihat ketika pada bulan Mei lalu, Balai Perumahan Lingkungan Pusat Litbang Perumahan dan Pemukiman mengadakan diskusi teknis dengan mengangkat tema “Pengelolaan Bank Tanah Dalam Memenuhi Kebutuhan Perumahan”. Diskusi tersebut bertujuan menampung masukan dari para ahli dan praktisi terkait penyedian tanah untuk memenuhi kebutuhan perumahan. Adanya diskusi ini tentu diharapkan dapat mendukung konsep yang lebih matang dan komprehensif terkait percepatan realisasi bank tanah.

Perlu diketahui bahwa masih belum majunya tata kelola agraria dan pendataan lahan di Indonesia menjadi kunci pentingnya persoalan ini.  Tentunya sudah menjadi tugas Balitbang PUPR sebagai badan yang dituntut selalu siap siaga menyediakan solusi dalam mengatasi berbagai masalah yang muncul terkait proses pembangunan infrasturktur ini, salah satunya dengan membuat produk maupun inovasi untuk memudahkan pendataan tanah. Hal ini agar ke depan tidak ada lagi modus operandi tindak pidana korupsi dilakukan lewat tanah karena adanya bank tanah maka lahan kosong sudah terdeteksi. Semoga realisasi bank tanah ini nantinya menjadi jawaban terkait berbagai permasalahan di bidang infrastruktur.

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Kompetisi Bloging Balitbang PUPR


Sumber:
Seni adalah bahasa
Pemersatu antar bangsa
Seni indah dan mulia
Suci, murni, tiada dosa

Sepenggal lirik lagu “Seni” yang diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Raja Dangdut Rhoma Irama memang cukup tepat. Sejauh bangsa ini berjalan, seni memiliki peran yang cukup signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh sederhana, interaksi budaya di suatu negara tidak lepas dalam lingkup seni. Seni memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab seni selalu merekam setiap kejadian. Seni dapat menjadi media ekspresi yang cukup tepat untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan.

Sayangnya, di tengah dinamika kehidupan yang semakin dinamis, apresiasi terhadap seni masih tergolong rendah. Bahkan, kegiatan seni masih terpinggirkan dan dianggap tidak memberikan manfaat. Padahal, melalui seni seseorang dapat lebih memahami dan menghayati nilai-nilai kehidupan.

Hal ini mendorong Pemerintah Indonesia untuk lebih menghadirkan seni di tengah-tengah masyarakat. Memanfaatkan momentum peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, Pemerintah  Indonesia menggelar Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada 1 hingga 30 Agustus 2016.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laman presiden.go.id, sedikitnya ada 15.000 item koleksi benda-benda seni yang ada di Istana Kepresidenan, termasuk lukisan. Ada 28 lukisan karya 21 pelukis dipamerkan. Lukisan-lukisan yang dipamerkan merupakan koleksi Istana Kepresidenan Jakarta (Istana Negara dan Istana Merdeka), Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Yogyakarta.

Pada pagelaran tersebut, masyarakat umum dapat menyaksikan langsung koleksi lukisan-lukisan karya maestro Indonesia, seperti Affandi, Basoeki Abdullah, Sodjojono, Raden Saleh, Diego Rivera, Lee Man Fong, Gambiranom Suhardi, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Ida Bagus Made Nadera, termasuk lukisan karya Presiden Soekarno.

Terselenggaranya pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan ini tidak lepas dari kerjasama antara aparatur pemerintah, mulai dari kementerian, Badan Ekonomi Kreatif, serta Mandiri Art yang berupaya memberikan penghargaan kepada karya-karya besar yang dimiliki Indonesia.

Adanya pameran koleksi seni rupa ini tentunya menjadi representasi dari berbagai dimensi kehidupan negara bahwa tidak melulu sebagai tempat kerja seorang presiden dalam mengurus dan mengatur negara. Lebih dari itu, dimensi kehidupan negara juga mencakup kehidupan budaya bangsa. Hal ini yang disadari Presiden Soekarno yang turut menciptakan ruang budaya di Istana Negara. Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyadari sisi kultural yang dihadirkan Presiden Soekarno. Melalui pameran lukisan koleksi Istana Negara ini menjadi penegasan kembali pernyataan dirinya (Presiden Jokowi) yang mengatakan bahwa istana adalah milik bangsa dan segala sesuatu yang ada di wilayah istana merupakan milik rakyat.

Melalui pameran koleksi seni pula, selain menegaskan kembali pernyataan Presiden Jokowi  bahwa rakyat berhak menikmati seluruh koleksi seni yang dimiliki Istana Negara, juga menjadi upaya untuk memuliakan seni-budaya. Sebab, dari seni dan budaya bersumber keluhuran akhlak dan jiwa yang baik.

Sumber:

Memasuki bulan Agustus semarak kemerdekaan mulai terasa. Hampir setiap depan rumah dapat dijumpai bendera merah putih berkibar dengan gagah perkasa, di tiap gang gapura-gapura mulai dihias dengan warna merah putih. Begitu pula di pinggir jalan, hampir di sepanjang jalan dapat ditemui para penjual bendera yang sekadar meraup keuntungan dengan momen peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Singkatnya, semua warga bersiap menyambut peringatan hari bersejarah lahirnya bangsa Indonesia yang jatuh tepat pada 17 Agustus nanti.

Berbagai jenis kegiatan sudah pasti akan turut memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71 nanti, mulai dari kegiatan perlombaan, panggung hiburan, hingga kegiatan-kegiatan sosial. Melalui peringatan Hari Kemerdekaan pula menjadi momentum membangkitkan kembali semangat cinta tanah air. Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) selama beberapa tahun ke belakang yang turut memeriahkan Hari Kemerdekaan dengan memberikan fasilitas bajaj gas gratis di Jakarta.

Pada peringatan HUT ke-70 Republik Indonesia tahun lalu, PGN sukses mengadakan program “Ayo Kita NgeGas Merdeka”, yakni pelayanan berupa naik bajaj gas gratis keliling Jakarta. Saat itu, PGN menggandeng Komunitas Bajaj Gas (Kobagas) menyiapkan sedikitnya 700 bajaj gas untuk mengakomodasi transportasi gratis tersebut. Jumlah bajaj yang disediakan PGN bersama Kobagas ini tersebar di sejumlah titik di wilayah Jakarta, mulai dari Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, hingga Jakarta Utara.

Animo masyarakat dalam menyambut program yang dilakukan PGN pun terlihat besar. Apalagi layanan bajaj gas gratis berlangsung pada 15 hingga 17 Agustus. Artinya, masyarakat dapat menikmati bajaj gas gratis PGN selama satu minggu. Selain gratis, penumpang juga berkesempatan mendapat hadiah yang telah disediakan PGN dengan cara mengirimkan atau mengunggah pengalaman seru naik bajaj gas tersebut dalam bentuk tulisan atau foto (selfie). Hadiah yang diberikan PGN pun tidak tanggung-tanggung, yakni hadiah pertama senilai masing-masing Rp1 juta untuk 17 orang, hadiah kedua senilai Rp750 ribu untuk 8 orang, dan hadiah ketiga senilai Rp500 ribu untuk 45 orang.

Belum cukup hanya dengan mengadakan bajaj gas gratis dan memberikan hadiah bagi para penumpang, dalam memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun lalu PGN juga menggratiskan bagi kendaraan roda empat yang mengisi bahan bakar gas (BBG). Adapun BBG gratis tersebut disediakan di SPBG milik PGN di Pondok Ungu Bekasi, Bogor, Surabaya, MRU monas dan MRU Pluit.

Lantas bagaimana dengan tahun ini. Melihat animo masyarakat yang begitu besar rasanya PGN sulit untuk melewatkan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini tanpa mengadakan program menarik. Sebab, jika melihat kegiatan yang sudah dilakukan dari tahun ke tahun saja, selain sebagai kado bagi masyarakat di HUT Republik Indonesia, juga menjadi kampanye PGN dalam mensosialisasikan energi yang ramah lingkungan.

Selain itu, melalui kegiatan yang telah dilakukan menjadi bukti bahwa PGN turut mendukung program pemerintah dalam mewujudkan transportasi umum berbasis bahan bakar gas. Apalagi, jika berkaca pada perilaku masyarakat Indonesia yang masih bergantung pada bahan bakar minyak yang merupakan hasil impor dari negara lain. Tentunya dengan penggunaan BBG nanti yang bersumber dari perut bumi Indonesia menjadi salah satu upaya untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan energi impor. Laik untuk dinanti program dari PGN ini, mengingat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang semakin dekat.

Sumber:



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi