A.    Latar Belakang
        Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengantar serta refleksinya terhadap gejala-gajala sosial di sekitarnya (Ismanto, 2003: 59).  Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang mencoba menghaslkan pandangan dunianya tentang realitas sosial di sekitarnya untuk menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu.
        Pernyataan di atas sesungguhnya mengandung implikasi bahwa sastra adalah sebagai lembaga sosial yang menyuarakan pandangan dunia pengarangnya. Pandangan dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial masyarakat.
        Strukrural genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Sebagai seorang strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian sterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitasnya.

B.     Tujuan
        Tujuan dari penulisan makalah ini bertujuan menemukan koherensi struktur intrinsik Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan menemukan koherensi struktur trilogi itu dengan struktur sosial masyarakat yang menjadi acuannya.

C.    Rumasan Masalah
§  Apa unsur intrisik yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari?
§  Bagaimanakah latar belakang kehidupan sosial Ahmad Tohari?
§  Bagaimana latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang? 

D.    Pembatasan masalah     
§  Unsur intrisik yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
§   Latar belakang kehidupan sosial Ahmad Tohari

 KAJIAN TEORI

        Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Untuk itu, maka sebelum berbicara tentang strukturalisme genetik terlebih dahulu akan dibicarakan mengenai strukturalisme murni dengan berbagai kelemahannya.
        Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya, menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya (Iswanto, 2003: 59-60).
        Karena pandangan keotonomian karya di atas, di samping juga pandangan bahwa setiap karya sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya pun tak perlu dikaitkan dengan karya-karya lain.
        Penelitian strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya politik, ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra (suwardi, 2003: 56).


Katakan pada bulan
Jangan datang malam ini
Karena angin laut sedang menuntunku
Mempertemukan kepada surya
Merasakan cahya jingga yang memerah
Melirik bias sinar yang kian padam
Meresapi deburan ombak
yang berubah menjadi ganas
Sepertinya
Mereka masih ingin ini bermain dengan mentari
aih, terlalu cepat
Bulan sudah nampak
Tak sabar merasakan dinginnya pekat
Menyibakkan senyum semerbak
Menemani kemurkaan mereka
Meluapkan pada batu karang yang tak tahu sebab



Bekasi, 25 Februari 2012

Saat hujan datang
terjaga ku di ruang itu
menyusuri teriakan merdu adzan
Panggilan Pencipta pada para umat
Saat hujan datang
Ku masih terjaga di ruang itu
Membuka komputer jinjing
Mulai memainkan tiap jemari
Menari indah mengikuti lantunan adzan

Saat hujan datang
Aku tetap terjaga di ruang itu
Menikmati secangkir kopi
Meresapi belaian angin sisa hujan kali ini

Saat hujan datang
Aku terus terjaga di ruang itu
menunggu langit biru
menampakkan biar indah siang ini
Dan
Ketika hujan terjaga
Aku baru sadarBahwa mentari tak terbit siang ini





Bekasi, Februari 2012

Dinda
aku tidak pandai menggoreskan tinta
seperti mereka yang melulu meratapi kisah
membuat hal tanpa sebab muhasabab
merayu, merintih, mengeluh, lalu membungkusnya dalam secarik kertas
mengusir kebosanan.
Dinda
aku bukan layaknya seorang pujangga
menyusun tiap rentetan huruf
dirangkum dalam kata
namun mereka sendiri tak tahu apa yang dikerjakannya
yang tak ada satu malaikatpun tahu makna dari rangkain itu
Dinda
aku lebih senang saat gelap tiba
berbicara pada bulan
menceritakan tentangmu
membuat iri para bintang
tak kan bosan
hingga fajar menyusir lamunan



Bekasi, Februari 2012
Bak air terjun diatas curam yang tinggi
Sulit membendung diatasnya
Menikam tiada kenal henti
Aku tak mau menjadi batu besar itu
Selalu diam dihujam kedalam
Yang selalu bertahan meski tak merasa kesakitan
Pun tak mau seperti mereka
Disanjung banyak orang
Tapi rentan menghancurkan
Aku hanya ingin
Menjadi teratai diantara mereka
sebagai penghias
Meski sering diasingkan



Bekasi, 22-02-2012