Di
bagian awal pidato sambutan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman
Said saat meresmikan tiga proyek pipa
gas milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang dilakukan bersamaan di Batam
pada 30 Januari 2015 silam, mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia sedang
bergerak dari yang semula mengandalkan sumber daya alam menuju ke kegiatan
bernilai tambang. Maka dari itu, dirinya menegaskan bahwa yang diperlukan
adalah push sector, termasuk energi.
Jika
dulu banyak yang mempertayakan kenaikkan harga minyak di Indonesia, padahal
saat itu harga minyak dunia sedang turun, Menteri ESDM ini mengungkapkan bahwa yang
saat itu dikerjakan adalah reformasi struktural, di mana
rakyat berhak atas dana negara, dan yang paling berhak adalah orang yang berada
di level paling bawah. Sementara penikmat BBM justru kebanyakan dari kalangan
atas, yakni orang yang memiliki akses atas pesawat terbang, atau minimal orang
yang memiliki kendaraan mobil.
Menurutnya,
ini merupakan suatu kebijakan yang tidak boleh berlangsung. Begitu subsidi digeser,
maka terbuka ruang piskal paling tidak 120 triliun untuk tahun 2015. Bahkan, pemerintah
terus menggenjot pembangunan infrastuktur.
Dalam
sambutannya, Menteri Sudirman Said mengatakan bahwa pemerintah tidak boleh lagi
mengambil posisi sebagai penguasa, sebab 80 persen ongkos bernegara ini
dibiayai oleh rakyat. Pemerintah harus mengambil posisi sebagai pelayan rakyat,
karena sejatinya pemerintah adalah pesuruh rakyat, di mana rakyat membayar
iuran melalui pajak.
Sementara
terkait pemanfaatan energi gas bumi, Menteri Sudirman Said mengatakan bahwa gas
merupakan masa depan Indonesia paling dekat. Dirinya pun tidak ingin pemerintah
mengulang kesalahan dalam mengurus soal minyak, di mana ketika itu cadangan
minyak Indonesia masih besar dan masih eksportir, namun pemerintah lupa
membangun infrastruktur sarana pengolahan, terus menyusut hingga tidak ada
importir, infrastruktur belum siap tetapi sumbernya sudah turun. Hal ini
membuat pemerintah kena dua kali, yakni sumber daya dan produk masih diimpor.
Sementara untuk menyimpannya saja Indonesia belum memiliki sarana.
Pemerintah
tidak ingin kekeliruan ini juga dialami oleh gas. Maka dari itu, Menteri
Sudirman Said mengajak kepada Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso dan jajaran
terkait untuk mengawal dan terus mendorong disertifikasi, seperti
mempertimbangkan berapa persen penghematan dari BBM ke gas bumi, yang jika
dilihat dalam kisaran untuk pembangkit saja sekitar 30 persen, dan itu merupakan
sesuatu yang besar sekali.
Melalui
peresmian tiga proyek ini pula, Menteri Sudriman Said ingin menularkan proses-proses
ini ke tempat lain. Dirinya juga mengapresiasi pemerintah Batam yang telah
memiliki sistem meregulasi listriknya, sehingga listrik hampir betul-betul
mendekati harga sesungguhnya. Ini yang menurutnya mesti dilakukan, artinya
subsidi jangan ditaruh di tempat-tempat yang tidak tepat, tetapi kepada rakyat
yang lebih membutuhkan. Hal ini juga akan pemerintah dorong ke kota-kota lain
yang penduduknya sudah relatif sejahtera dapat meniru apa yang sudah dikerjakan
di Batam.
Berangkat
dari hal itu pula, Menteri ESDM perlu berdialog dengan Kementerian PU, supaya
komplek-komplek rumah yang baru, baik rumah biasa maupun rumah susun dari awal
sudah disiapkan infrastruktur untuk sambungan gas. Jadi tidak perlu masyarakat gendong-gendong
gas melon atau tabung gas, yang di samping berat, juga relatif lebih mahal.
0 komentar:
Posting Komentar