Melupakan Secawan Tiramisu Di Holycow Steak House

Leave a Comment
Kalau lihat kalender, dan sudah masuk angka-angka mulai 20-an ke samping ingin rasanya buru-buru terlewati. Saya juga jadi ingat, beberapa hari lalu saya kedapatan lihat kalender teman kantor yang ada di mejanya sudah penuh tanda silang. Padahal tanggalnya hari itu (waktu saya lihat kalender) belum masuk tanggal yang sudah dicoret. Tapi sebagai seorang muslim, betawi tulen, seratus persen warga negara Indonesia, seratus persen pendukung dan pengamal Pancasila, serta bebas PKI #eh, saya tetap berhusnudzon. Mungkin teman saya mau ada acara, makanya tanggal segitu disilang.

Balik lagi ke tanggal 20-an. Senin kemarin atau tepatnya tanggal 23 Mei 2016, di saat saya sedang merasakan apa yang (mungkin) juga dirasakan orang-orang (tanggal tua), saya diajak sama teman-teman komunitas buat kumpul sekaligus ditraktir makan di Holycow Steak House yang ada di Kebon Jeruk. Demi menghargai ajakan teman saya itu (padahal memang lumayan mumpung gratis), saya menerima tawarannya.

Tepat jam 4 sore atau sepulang kerja saya langsung menuju ke Kebon Jeruk. Berhubung sore itu Jakarta diguyur hujan, akhirnya teman saya menyuruh untuk pesan Grab Car bareng teman-teman yang lain, dan tentu saja (juga) dibayari. Memang nasibmu yang sedang mujur nduk.
Bersama tema-teman komunitas saat makan di Holycow Steak House

Makan di Holycow Steak House bikin saya kembali penasaran dan mencari berita yang beberapa hari lalu bikin tempat makan ini sempat ramai di media sosial. Bukan maksud mengingat, tapi karena alasan itu yang justru bikin saya gatel buat nulis ini. Saya sendiri masih sangsi, masa cuma gara-gara cicak vs buaya, eh salah, cicak nyemplung semua orang jadi takut makan di situ.

Sangsi yang saya maksud begini, kasus cicak nyemplung (oalah cak…cak…) di cawan milik Mba Lamia saat makan tiramisu di Holycow apakah mempengaruhi netizen juga para penikmat kuliner parno buat makan di sana, atau memberi dampak terhadap Holycow itu sendiri, yang  menurut informasi, Holycow ada di mana-mana.

Mari kita belajar dari perilaku netizen Indonesia terhadap beberapa kasus sebelumnya, yang menurut saya mirip dengan kasus Holycow ini. Masih ingat kasus Sonya E Depari? siswa yang mengaku anak jenderal dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Gara-gara aksinya, netizen ramai-ramai membully hingga Sonya mengalami trauma dan takut keluar rumah.  Tapi beberapa waktu kemudian apa yang terjadi? Sonya justru diangkat menjadi Duta Anti Narkoba di Medan.

Selanjutnya kita lihat kasus Zaskia Gotik yang dinilai melecehkan Pancasila, kita juga tahu kasus ini benar-benar heboh. Gara-gara kasus tersebut, pemilik ‘goyang itik’ ini tidak hanya mendapat bullyan dari para netizen, tapi juga membuat dirinya berurusan dengan pihak kepolisian. Tapi apa yang kemudian terjadi lagi? Zaskia Gotik malah dinobatkan menjadi Duta Pancasila. Setelah itu, kasus yang menimpa dirinya redam begitu saja.

Dua kasus yang saya sebutkan ini membuktikan sifat masyarakat Indonesia yang gampang bereaksi terhadap sesuatu yang terjadi, tetapi juga mudah lupanya.

Lalu bagaimana dengan Holycow? Hasilnya (juga) tak jauh berbeda. Ini karena saya sendiri yang melihat langsung suasana Holycow saat makan di sana.

Pengunjung yang tetap ramai membuktikan bahwa berita tersebut
tidak berpengaruh terhadap masyarakat
Pertama, kehebohan soal Holycow ini akan segera hilang, paling bertahan selama dua sampai tiga hari saja, kemudian tertutup sama berita lain yang lebih heboh, kayak berita Pakde Harto yang mau jadi Pahlawan Nasional. Apalagi reaksi cepat yang dilakukan pihak Holycow milik Chef Afit ini dengan menarik vendor tersebut, dan menghubungi si Mba Lamia untuk menyampaikan tanggung jawab juga sudah tepat. Artinya masalah ini memang telah selesai.

Kedua, Holycow tetap menjadi tempat makan yang banyak disukai masyarakat. Konsep Holycoow yang untuk semua kalangan, kualitas daging yang disajikan juga daging yang terbaik, ditambah Holycow sudah tersertifikasi halal. Kalau saya perhatikan waktu makan di sana, terbukti dengan jumlah pengunjung yang ramai, setiap ada meja yang kosong langsung diisi sama pengunjung baru.
Menu pesanan saya di Holycow: Wagyu Tenderloin Medium.
Oh ya, semua makanan di Holycow Steak House ini
bersertifikat halal, jadi aman

Ketiga, Holycow Steak House akan tetap menjadi tempat makan yang nyaman. Selain karena kualitas makanannya, harganya yang terjangkau, Holycow Steak House juga menyediakan parkiran yang sangat luas. Ngaku aja, kadang kita males dan tidak jadi mampir makan kalau liat parkirannya saja sudah penuh. Apalagi di Holycow Steak House tempat saya makan, juga menyediakan sarana ibadah (musola) yang baik. Ini juga penting, jarang sekali saya mendapati tempat makan yang menyediakan sarana ibadah, sekalipun ada (biasanya) tempatnya seadanya.

Ini salah satu layanan yang diberikan Holycow.
Katanya, pak SBY, dan Anang - Ashanty pernah order juga
Keempat, Holycow akan mendapat keuntungan. Saya percaya kalau berita tentang Holycow muncul justru membuat Holycow semakin terkenal. Bukan tidak mungkin setelah berita tersebut muncul orang akan penasaran datang ke Holycow untuk melihat dan tentu saja makan steak yang beneran steak. Saya sendiri membuktikannya ketika kasus Zaskia Gotik. Meski saya seorang yang seratus persen pendukung dan pengamal pancasila, saya (juga) yang termasuk tidak tahu lambang sila ke lima, tapi gara-gara Zaskia Gotik, saya jadi penasaran dan mencari di google lambang Pancasila.

Jadi menurut saya, kita jangan terlalu serius lah menanggapi suatu hal, biasa saja. Toh, mau serius atau tidak, ketika napas di dompet sudah senin-kamis, kemudian ada tawaran makan gratis, kalian tetap bakal ndak bisa nolak, kan?
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar