1.
Kata
Kata
adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna (Lamuddin Finoza, 2010: 80). Pendapat lain mengatakan bahwa kata dapat dimaknai
sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat dipergunakan dalam berbahasa (Zaenal Arifin, 2012: 81). Sementara menurut Mulyana, pada kenyataannya suatu kalimat
mungkin saja hanya terdiri atas satu kata (Mulyana, 2005: 7), sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun jika dilihat dalam sebuah
struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian dari kalimat.
Jika dilihat dari
segi bentuknya, kata dapat
dibedakan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal atau disebut juga
kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan, dan kata yang bermorfem banyak atau
kata berimbuhan (Lamuddin Finoza, 2010: 81). Secara lebih jauh, Lamuddin (2010:82) membagi sepuluh jenis kata secara
tradisional di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia, termasuk bahasa
Indonesia, yaitu kata benda
(nomina), kata kerja
(verba), kata sifat
(adjektiva), kata ganti
(pronomina), kata keterangan
(adverbia), kata bilangan
(numeralia), kata sambung
(konjungsi), kata sandang
(artikula), kata seru
(interjeksi), kata depan
(preposisi).
2.
Frase
Frase
adalah sekelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat (Lamuddin Finoza, 2010: 100). Sementara Abdul Chaer (2009:39) mengatakan, frase dibentuk dari dua buah kata atau
lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis. Dapat dikatakan bahwa susunan yang
berupa kelompok kata menunjukkan frase lebih tinggi dari kata. Akan tetapi,
Lamuddin (2010:100) memberikan
batasan dan susunan tersebut, berarti membentuk frase bukanlah meyandingkan kata-kata
seperti membuat kalimat pada umumnya, melainkan harus nonpredikatif dan
menghasilkan makna yang lebih luas dari kata.
Frase yang juga sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis mempunyai kategori. Maka
kita mengenal adanya frase nominal, frase verbal, frase ajektifal, dan frase preposisional. Sementara jika kita lihat dari hubungan kedua
unsur-unsurnya dikenal adanya frase koordinatif dan frase subordinatif. Selain
itu, jika kita lihat dari keutuhannya sebagai frase dikenal adanya frase
eksosentrik dn frase endosentrik.
3.
Klausa
Klausa
merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan
kalimat, berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif (Abdul Chaer, 2009:40). Maksud dari pernyataan tersebut
adalah bahwa di dalam konstruksi klausa ada komponen berupa kata atau frase
yang berfungsi sebagai predikat. Hal tersebut rupanya sejalan dengan batasan
klausa dari Lamuddin (2010:117) bahwa klausa adalah sekelompok kata yang mengandung subjek dan
predikat, sehingga di sini
berarti meskipun kalimat tunggal, pasti mempunyai klausa karena kalimat tunggal
adalah kalimat yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat.
Sementara Abdul
Chaer berpendapat, klausa dapat dibedakan berdasarkan
kategori dan tipe kategori yang menjadi predikatnya, yaitu sebagai klausa nominal, klausa verbal, klausa ajektifal, klausa preposisional, dan klausa numeral.
4.
Kalimat
Kalimat
secara umum dipahami sebagai kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep
pikiran (Zaenal Arifin, 2012:83). Lebih lanjut, berdasarkan aspek semantisnya, Gie
dan Widyamartaya (Mulyana, 2005:8) mengatakan bahwa
kalimat memiliki makna sebagai serangkaian kata yang menyatakan pikiran gagasan
yang lengkap dan logis. Bahkan, Foker (Mulyana, 2005:8) menyatakan bahwa kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti
penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh intonasi (sempurna). Sementara itu, Abdul Chaer (2009:44) memberikan pendapat bahwa kalimat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan disertai dengan intonasi final.
Lebih
lanjut Abdul Chaer (2009:45)
membagi jenis kalimat menjadi beberapa macam.
a. Berdasarkan kategori klausanya dibedakan menjadi kalimat verbal,
kalimat adjektifal, kalimat nominal, kalimat preposisional, kalimat numeral,
dan kalimat adverbial.
b. Berdasarkan jumlah klausanya dibedakan menjadi kalimat sederhana,
kalimat bersisipan, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk setara, kalimat
majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk kompleks.
c. Berdasarkan modusnya dibedakan menjadi kalimat berita
(deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif),
kalimat seruan (interjektif), kalimat harapan (optatif).
5.
Wacana
Menjadi
satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis, wacana mempunyai pengertian yang
lengkap atau utuh, dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat (Abdul Chaer, 2009:46). Maksud dari pengertian yang diungkapkan
Abdul Chaer di sini adalah bahwa sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari
sebuah kalimat, akan tetapi mungkin juga terdiri dari beberapa kalimat.
Referensi
Arifin, Zaenal, dkk. Teori dan Kajian Wacana Bahasa
Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri. 2012.
Chaer, Abdul. Sintaksis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2010.
Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.
0 komentar:
Posting Komentar