Saya yakin sesuatu yang terjadi di dunia ini bukan
merupakan kebetulan. Ketika pertama kali saya memasuki dunia kampus yang
berlabel islami, saya dipertemukan dengan kakak-kakak kelas jebolan pesantren
dekat rumah saya. Walhasil, tahun pertama memasuki dunia kampus, saya memilih
ikut bergabung atau kost bersama mereka. Selama setahun kost di sana, saya
benar-benar merasakan sesuatu yang positif bagi diri saya sendiri. Kemudian di
dalam kelas, ketika saya merasa salah masuk jurusan, saya dipertemukan dengan seseorang
yang “gila” membaca. Beruntung, saya yang termasuk golongan-golongan orang yang
malas membaca, kini ikut hobi membaca, meski kualitas membaca saya belum sebaik
dia.
Kini, sesuatu yang “kebetulan” itu masih berlaku. Sore
kemarin saya membaca berita tentang PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang mengoperasikan gas di Nagoya, Batam. Hal
ini menarik perhatian saya, sebab sehari sebelumnya saya baru saja selesai
membaca novel “Pasung Jiwa” karya Okki Madasari, di mana dalam salah satu
bagian novel tersebut, penulisnya menggunakan latar di Nagoya, Batam. Menariknya,
baru kemarin saya penasaran dengan Kota Nagoya dalam karya fiksi, yang menurut
saya namanya mirip nama-nama di Jepang, kini saya menemukan Nagoya dalam fakta
yang lebih jelas dalam berita yang dibawa Liputan6.com.
Menariknya lagi dari pertemuan saya dengan Nagoya adalah,
baru kemarin rasanya pemikiran saya terbayang dengan suasana Nagoya di tahun
1998, kini pemikiran saya dibawa langsung dengan suasana Nagoya di masa
sekarang, di mana semakin tumbuh dan berkembang pesat, apalagi setelah proyek
pipa gas yang berada di kawasan bisnis Batam sepanjang 18,3 kilometer akan
menyalurkan gas bumi ke wilayah Nagoya, Lubuk Baja, Jodoh di Batam.
Infrastruktur pipa gas bumi ini nantinya akan memasok gas ke jasa komersil,
seperti hotel dan restoran di kawasan Nagoya. Selain itu, jaringan ini juga
akan memasok ke beberapa industri di Batam. Tentunya ini merupakan sesuatu yang
positif, apalagi sama-sama kita ketahui bahwa Batam berdekatan dengan
negara-negara tetangga seperti Singapura. Adanya tambahan jaringan pipa gas ini
akan semakin mendukung perkembangan ekonomi dan bisnis di Batam.
Membaca berita tentang Batam yang kini semakin berkembang
dengan adanya tambahan jaringan pipa gas dari PGN, membuat bayangan saya
tentang suasana Batam yang dibawa Okki sedikit memudar. Apalagi dari informasi
yang saya dapat, sebelumnya PGN telah mengoperasikan pipa gas bumi sepanjang
123 kilometer di Batam. Artinya, dengan adanya tambahan proyek pipa gas di
Nagoya ini, total panjang distribuusi gas bumi di Batam menjadi 141,3
kilometer.
Belum lagi proyek jaringan pipas gas bumi lainnya di
Batam yang telah dibangun PGN, mulai dari program PGN Sayang Ibu, yakni
penyambungan pipa gas rumah tangga sebanyak 500 rumah dan 4.000 sambungan gas rumah tangga dari penugasan
Kementerian ESDM hingga menyalurkan gas bumi ke delapan pembangkit listrik, 29
industri besar, serta 37 usaha komersil dan UKM. Melihat itu semua, saya
kembali percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, termasuk pertemuan
saya dengan Nagoya di masa lalu dalam sebuah karya fiksi dengan Nagoya di masa
kini. Satu hal yang saya temukan dari dua pertemuan singkat tersebut, yakni
dari tahun ke tahun Batam mengalami perkembangan yang signifikan, termasuk
perkembangan dalam infrastruktur jaringan pipa gas buminya.
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs
Si-Nergi
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar