Tampilkan postingan dengan label Intermezzo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Intermezzo. Tampilkan semua postingan

Pagi kemarin, Kamis (21/9), saya melihat informasi yang cukup manarik di salah satu stasiun tv swasta. Informasi tersebut memuat tentang anak-anak muda Indonesia yang sukses menjalankan wirausaha. Informasi ini menjadi menarik bagi saya karena di tengah masih banyaknya anak muda yang baru lulus pendidikan hanya terpaku pada satu titik, mencari kerja. Padahal ada peluang yang lebih besar untuk menjadi sukses di usia remaja, yakni dengan berwirausaha.

Masih dalam tersebut, ada satu nama yang semakin menarik minat saya untuk menonton. Christopher Farrel Millenio Kusuma, tak menyangka mendapat penganugerahan finalis best of the best dalam Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2018. Remaja usia 18 tahun yang akrab disapa Farrel ini juga menjadi peserta termuda dalam Wirausaha Muda Mandiri 2018 dan menyabet juara pertama bidang teknologi digital dengan menciptakan software ‘Kecilin’.

Idenya membuat penelitian di bidang data compression memikat para juri Wirausaha Muda Mandiri 2018 yang terdiri dari para pejabat Bank Mandiri, instansi pemerintah, prakstasi atau pengusaha, akademisi, serta jurnalis.

Farrel menciptakan software bernama ‘Kecilin’ yang bisa mengecilkan data hingga 99,95 persen dari 16 Gb menjadi 3 Mb tanpa mengubah kualitas dan resolusi file. Idenya untuk membuat software ini berangkat dari keprihatinannya dengan saudara-saudara kita yang ada di ujung timur Indonesia, seperti Papua yang masih sulit mendapat akses internet untuk sekadar mendownload data-data yang dibutuhkan, seperti video pendidikan maupun pembelajaran.

Melalui software yang dia ciptakan, Farrel berharap dapat membantu masyarakat, khususnya di daerah-daerah masih sulit mendapat akses internet maupun yang akses internetnya terbatas dapat terbantu dengan adanya software ‘Kecilin’ ini.

Upaya Farrel untuk menciptakan software ini bukan tidak mengalami berbagai tantangan. Penelitian yang dilakukannya sejak duduk dibangku XI SMA di Yogyakarta ini sempat menemui berbagai kegagalan. Proposal penelitiannya sempat ditolak sebanyak 11 kali pada ajang kompetisi di Indonesia. Namun, Farrel tidak menyerah. Berkat usaha yang tak kenal lelah, Farrel akhirnya diundang oleh perusahaan raksasa di Amerika Serikat Google hingga akhirnya memenangkan juara Wirausaha Muda Mandiri 2018.

Farrel tidak sendiri yang menjadi juara dalam kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (2018). Total ada 28 pemenang dalam ajang WMM 2018. Sebelumnya, 70 pebisnis handal bertarung menjadi yang terbaik saat lolos final penjurian nasional WMM beberapa waktu lalu. Mereka terhimpun lebih dari 800 calon pebisnis yang tercatat mengikuti proses penyisihan lewat 34 perguruan tinggi di Indonesia dan 10 komunitas maupun inkubasi bisnis.

Sebanyak 28 yang dinyatakan menjadi pemenang terbagi dalam  tujuh kategori yang diperlombakan oleh Bank Mandiri. Peserta kompetisi dibagi ke dalam kategori mahasiswa dan non mahasiswa, pemenang dari kelompok non mahasiswa memperoleh penghargaan WMM dan uang tunai hingga Rp200 juta untuk juara pertama dan Rp100 juta untuk juara kedua.

Sementara untuk kelompok mahasiswa, pemenang pertama memperoleh Rp100 juta dan pemenang kedua sebesar Rp50 juta. Melalui Bank Mandiri juga akan memberikan hadiah berupa modal dan pembinaan kepada pemenang, serta pelatihan kepada seluruh peserta.

Peluang usaha di bidang teknologi digital memang sangat menjanjikan, karena teknologi sangat dibutuhkan oleh manusia. Di Indonesia peluang usaha di bidang teknologi digital memang masih tergolong baru. Belum banyak orang yang terjun di bidang ini, sehingga peluang untuk sukses di bidang ini masih terbuka lebar.

Adanya kompetisi Wirausaha Muda Mandiri yang merupakan pengembangan PT Bank Mandiri yang rutin dilakukan setiap tahun tentu sangat membantu dalam menyiapkan anak-anak muda untuk berani berwirausaha. Melalui Wirausaha Muda Mandiri yang digelar sejak tahun 2007 ini pula sudah berhasil mencetak 36.000 wirausaha muda.

Melalui Wirausaha Muda Mandiri pula tentu kita harapkan terciptanya generasi pencipta lapangan kerja yang tangguh dan mampu bersaing di era global. Berani Muda, Berani Berkarya.



Bosen dengan suasana liburan yang gitu-gitu aja? atau mau traveling tapi budget minim?
Buat kamu yang ngebet ingin jalan-jalan tapi minim budget. Kali ini saya ingin mengulas terkait langkah-langkah yang dapat kamu lakukan  agar traveling kamu berkesan tapi tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam.

Bagi saya yang hobi traveling di alam bebas, naik gunung menjadi kegiatan favorit saya untuk mengisi liburan. Sayangnya, kegiatan outdoor seperti ini tidaklah murah. Butuh dana yang lumayan untuk bisa mendaki gunung. Kalau saya baru akan naik gunung, jika kondisi badan dan kantong sama-sama sehat. Namun, sialnya adalah saat kondisi badan sehat dan siap untuk naik gunung, justru kondisi keuangan yang tidak sehat. Parahnya lagi, kondisi seperti ini yang lebih sering terjadi.

Jika hasrat naik gunung sudah memuncak tetapi terhalang masalah finansial, maka jalan yang saya tempuh adalah melakukan “Kemping Ceria”. Teman-teman pasti sudah paham apa itu kemping. Yup, bener banget. Berkemah.

Kegiatan “Kemping Ceria” ini sederhana. Kamu cukup memilih daerah yang pas dan enak untuk dijadikan tempat berkemah, tidak perlu jauh-jauh dari rumah. Misalnya, saya yang tinggal di Bekasi, lebih sering menggelar Kemping Ceria di wilayah Bogor atau Sukabumi. Ingat, jarak tempat tinggal dengan jarak tujuan wisata turut memengaruhi biaya perjalanan.

Kemping Ceria menjadi wisata yang sangat pas buat kamu yang terkendala masalah keuangan, karena biaya masuknya yang cukup murah. Saya kasih contoh ketika saya kemping di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Saya cukup membayar Rp25 ribu saja, yakni Rp15 ribu untuk biaya masuk, dan Rp10 ribu untuk parkir motor. Hanya dengan uang segitu, saya bisa berkemah di sana sepuasnya. Tidak hanya itu, selain berkemah kamu juga bisa main ke Kawah Ratu serta mandi di air terjun. Namun, untuk mencapai ke sana, kamu harus berjalan dahulu beberapa kilometer dari tempat kemah. Di sinilah kamu akan merasakan sensasi naik gunung dan berjalan di hutan belantara.
Kawah Ratu. Salah satu keindahan yang bisa kamu dapatkan kalau kemping di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Kemping Ceria menjadi traveling murah juga dapat dihitung dari biaya makan. Kamu cukup membawa makanan dari rumah, seperti beras, mie, kornet, telur, sosis, atau apapun yang mudah dibawa dan dimasak. Adapun untuk membeli kebutuhan itu semua, kamu cukup patungan dengan teman-teman yang lain, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih ringan. Kalau saya waktu kemping di Gunung Salak, perorang cukup membayar Rp20 ribu. Itu semua sudah bisa memenuhi kebutuhan berkemah selama dua hari.

Meski seadanya,tetapi jika makannya seperti ini dijamin tidak kalah mewah dengan makan di restoran. hehe

Sekarang pertanyaannya, kenapa hanya dengan menggelar kemping atau berkemah dikatakan sebagai liburan yang mewah. Di sinilah yang belum banyak yang menyadari bahwa dengan berkemah, kamu akan merasakan sensasi menyatu dengan alam. Kamu akan merasakan nuansa keakraban yang lebih kental dengan orang-orang terdekat kamu. Kamu akan belajar memahami karakter teman-teman kamu. Selain itu, kamu akan lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan, dan berusaha menjaganya. Menurut saya, nilai-nilai seperti itulah yang justru menjadi hal mewah yang belum tentu kamu temukan dengan liburan ke luar negeri atau ke tempat-tempat rekreasi.

Istirahat di tengah hutan saat menuju Kawah Ratu. Kalau haus, kamu cukup mencari sungai terdekat dan minum langsung dari situ.

Kemewahan kita sendiri yang ciptakan.

Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan kalau ingin berkemah. Traveling dengan cara melakukan Kemping Ceria juga akan menjadi mahal kalau kamu tidak bisa mengatur segala kebutuhannya. Salah satu kebutuhan yang paling utama adalah peralatan berkemah. Bagi kamu yang tidak memiliki peralatan berkemah, kamu bisa meminjam ke teman atau saudara, tapi pastikan bahwa peralatan yang kamu pinjam dijaga dengan baik. Seandainya tidak ada yang bisa dipinjamkan, kamu tidak perlu khawatir. Saat ini banyak kok orang yang menyewakan alat-alat untuk kegiatan di alam bebas. Nah, kamu bisa menyewanya. Soal harga, tergantung kamu mencari tempat untuk menyewa yaa.


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandri.org


Sumber gambar: http://bit.ly/2jP8fNN

Halo blogger, meski sedikit terlambat, karena ini adalah tulisan pertama saya di tahun 2017, maka izinkan saya mengucapkan selamat tahun baru 2017. Harapannya, semoga di tahun ini status akun saya di media sosial sedikit ada perubahan (aamiin). Bagaimana dengan kalian, tentu punya resolusi juga kan tahun ini.

Kali ini, saya ingin membahas seputar masalah keuangan atau lebih tepatnya bagaimana mengatur saat kondisi  keuangan sedang pas-pasan, tetapi banyak kebutuhan. Saya yakin, kondisi seperti ini juga pernah dialami teman-teman. Rasanya tentu sangat menggangu, sebab saat seperti inilah kita dituntut untuk bijak dalam membeli sesuatu. Sialnya, sesuatu yang ingin kita beli ini sama pentingnya.

Tenang, kondisi seperti ini bukan berarti tidak ada jalan keluarnya. Saya sendiri pernah beberapa kali dihadapkan pada banyak kebutuhan penting, sedangkan kondisi keuangan saya kala itu sedang Kanker (kantong kering). Sebetulnya untuk mengatasi kondisi tersebut ”mudah-mudah sulit”. Kenapa saya katakan demikian, karena untuk menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan sedikit keahlian khusus terkait bagaimana mengatur keuangan. 

Bagian sulitnya adalah melawan suasana batin, karena di sini harus ada ilmu ikhlas. Apalagi, di saat kita sedang berjuang memilah barang mana yang menjadi prioritas untuk dibeli, tiba-tiba ada barang lain di luar kebutuhan yang menggoda mata. Kalau ini tidak bisa ditahan, tentu menjadi bahaya besar bagi keuangan kamu. Bisa-bisa bukannya beli barang yang dibutuhkan, malah beli barang lain.

Saya sendiri punya tips bagaimana cara mengatur kondisi keuangan yang cekak, tetapi banyak kebutuhan yang harus dibeli. So, chek this out!

1. Pilih barang yang paling dibutuhkan

Ibaratnya begini, selalu ada yang terbaik di antara yang baik. Nah, sikap seperti ini juga penting kamu terapkan saat sedang banyak kebutuhan. Kamu bisa mencatat terlebih dahulu apa saja yang menjadi kebutuhan kamu. Jika semua sudah dicatat, langkah selanjutnya adalah kamu mulai menghitung estimasi biaya yang akan dikeluarkan dengan jumlah keuangan kamu. Ini termasuk biaya hidup setelah nanti kamu memenuhi semua kebutuhan sampai kamu kembali mendapat kucuran dana baru (gajian/uang saku).

Seandainya biaya yang akan dikeluarkaan lebih besar dengan uang yang sudah disiapkan. Di sini kamu harus bisa menyeleksi barang mana yang menurut kamu paling dibutuhkan untuk dibeli saat itu, dan barang mana yang masih bisa dibeli nanti-nanti. Kalau langkah pertama ini berhasil kamu terapkan, maka bisa dipastikan langkah-langkah selanjutnya akan lebih mudah.

2. Cari harga yang paling murah

Banyak orang bilang bahwa harga tidak pernah bohong. Ini memang ada benarnya, tetapi tidak berarti barang yang berkualitas sudah pasti mahal dan barang yang murah adalah barang yang kualitasnya rendah. Kamu masih bisa kok mendapatkan barang yang bagus dengan harga miring. Sebab, sisa uang tersebut  nantinya bisa kamu gunakan untuk membeli barang yang lain.

Adapun tantangannya adalah kamu dituntut untuk ekstra sabar dan teliti. Mendapatkan barang berkualitas dengan harga yang murah cukup sulit. Kamu harus rajin-rajin cek harga di satu toko dengan toko lain untuk membandingkan. Bahkan, kalau misalnya ada barang bekas tetapi kondisinya hampir sama dengan baru, saya pribadi lebih memilih beli bekas. Namun, itu semua kembali kepada kamu ya.

3. Hindari “Lapar Mata”

Ini adalah salah satu ujian terberat ketika banyak kebutuhan yang harus dibeli dengan kondisi uang yang “serat”. Apalagi sekarang zamannya serba online shop yang semakin memudahkan orang untuk berbelanja. Kondisi ini pula yang terkadang bikin kita “lapar mata”. Misalnya, saat sedang mencari sepatu untuk olahraga di sebuah toko online, kemudian ada iklan diskon baju. Alih-alih beli sepatu, malah jadi beli sepatu dan baju. Kondisi seperti inilah yang terkadang kita lupa akan kebutuhan-kebutuhan yang ada.  Selain itu, di sinilah fungsi lain dari poin pertama. Selain sebagai daftar barang-barang yang akan dibeli, catatan tersebut juga menjadi “kemudi” ketika kita sedang mengalami “lapar mata” tadi.

Nah, itulah tiga tips mengenai bagaimana cara mengatasi kondisi keuangan yang pas-pasan tetapi banyak kebutuhan. Sebetulnya kalau berbicara masalah kebutuhan pasti tidak akan ada habisnya. Sebab, selalu saja ada yang menjadi kebutuhan, meskipun sebetulnya tidak butuh-butuh banget. Maka dari itu, bijaklah dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selama belum ada hal penting yang harus dibeli, alangkah lebih baik uangnya ditabung. Jika sewaktu saat dibutuhkan, kita tidak perlu pusing lagi terkendala keuangan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs jadimandiri.org
Semakin jauh gas bumi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengalir, semakin banyak pula masyarakat yang merasakan manfaatnya. Hal ini pula yang terjadi di daerah Lampung. Sejak PGN memasok gas bumi di Kota Gajah ini, perekonomian di sana pun turut terdongkrak.

Salah satu sektor yang mengalami perkembangan di Lampung adalah bidang Usaha Kecil Menengah (UKM). Memang sejak PGN memasangjaringan gas untuk konsumen rumah tangga di wilayah Lampung, sektor UKM merupakan target PGN untuk menjadikannya sebagai konsumen utama. Gas bumi yang dipasok PGN ini, selain harganya yang lebih murah dari LPG, juga menjadi aksi nyata dalam mendorong pertumbuhan UKM di Lampung. Dengan begitu, secara tidak langsung PGN turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana.

Sektor industri di Lampung juga turut merasakan manfaat dihadirkan gas bumi PGN ini. Hal ini disampaikan langsung Sales Head PGN Lampung, Wendi Purwanto yang mengungkapkan bahwa harga gas bumi PGN yang jauh lebih murah dari Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat biaya produksi industri pengguna gas menjadi lebih rendah. Kondisi ini membuat industri di Lampung dapat bersaing dengan industri diluar negeri.

Selain di sektor UKM dan industri, usaha perhotelan merasakan manfaat penghematan gas bumi PGN. Hotel Batiqa menjadi salah satuhotel yang sudah siap mendapat pasokan energi baik ini. Hotel yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, bandar Lampung ini pun  sudah menyiapkan segala keperluan yang berkaitan instalasi gas bumi.

Manager Batiqa Hotel Lampung, Adhi Wahyu Prasetyo mengatakan, selama ini Batiqa Hotel mengonsumsi gas untuk kebutuhan memaasak restoran hotel dan laundry. Ia juga mengungkapkan, pihaknya bisa menghabiskan 10 tabung gas atau sekita 500 kg gas perbulan. Dalam satu bulan tersebut, ada sekitar 3 kg gas yang tidak bisa  naik atau tidak terpakai, artinya ada 50 kg gas yang terbuang di tabung tiap bulan kalau dalam satu bulan ada 10 pemakaian tabung. Belum lagi, pemakaian gas tabung yang harus ganti-ganti tabung menurutnya repot.


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs si-nergi
Banyak cara dilakukan untuk mengajak masyarakat beralih menggunakan gas bumi. Di Surabaya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bersinergi dengan pemerintah kota setempat mengajak masyarakatnya untuk melihat langsung manfaat dari penggunaan gas bumi ini ke salah satu kawasan yang sudah mendapat  aliran gas bumi. Sementara di Lampung, untuk lebih mensosialisasikan penggunaan gas bumi di Kota Gajah tersebut, PGN menggelar sosialisasi “Paparan Publik Informasi Berlangganan Gas Pelangggan Jargas ESDM 2017, Energi Baik Gas Bumi, Wujud PGN Sayang Ibu” di Kantor Kelurahan Sukamenanti Baru, Kecamatan Kedaton, Bandang Lampung, Sabtu (1/10/2016) lalu.

Meski sempat diguyur hujan, warga terlihat antusias menghadiri sosialisasi yang dilakukan oleh PGN ini. Dalam sosialisasi tersebut, PGN akan menggratiskan sebanyak 12 ribu pemasangan sambungan gas bumi bagi masyarakat menengah ke bawah. Program pemasangan instalasi gratis ini tentunya hasil kerjasama PGN dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Dalam sosialisasi yang digelar pada malam hari ini turut disajikan video  yang berkaitan dengan tips dan tata cara penggunaan gas bumi  di rumah, termasuk tata cara mengatasi jika gas mengalami kebocoran. Selain itu, sosialisasi tersebut juga menjelaskan kepada warga terkait manfaat yang diberikan gas bumi, yakni praktis, hemat hingga 50 persen dari gas LPG, serta lebih ramah lingkungan.

Salah seorang tim PGN, Findra Agustian menjelaskan perbedaan antara gas bumi dengan gas LPG. Ia mengungkapkan, sifat gas bumi bergerak ke atas karena beratnya lebih kecil dari udara. Hal inilah yang membuat gas bumi lebih aman dari LPG, di mana jika terjadi kebocoran, gas akan keluar bersama udara, sehingga lebih aman dan risiko kebakarannya sangat minim.

Findra juga menjelaskan terkait sistem aliran gas bumi dari pusat hingga sampai ke rumah tangga. Ia mencontohkan bahwa sistem ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan air pam. Sementara dari sisi harga, gas bumi PGN ini jauh lebih murah dari gas LPG. Jika warga memakai gas LPG 3 kg bisa menghabiskan sekitar 4 tabung gas, maka estimasi biaya yang dikeluarkan pun cukup besar, yakni mencapai Rp80 ribu. Namun, jika menggunakan gas bumi PGN, warga cukup membayar Rp33.400 dengan jumlah pemakaian yang sama.


Begitu juga jika warga memakai gas LPG 12 kg yang bisa mencapai Rp120 ribu, maka dengan beralih  menggunakan gas bumi, warga cukup membayar Rp57.600. Artinya, warga bisa menghemat hingga 50 persen jika menggunakan gas gumi PGN di rumah.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs si-nergi

Upaya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dalam menambah jumlah pelanggan di Surabaya melalui program Sayang Ibu dan Jargas  menjadi kabar baik wargaarek-arek Suroboyo ini. Jika target ini terealisasikan, maka akan semakin banyak masyarakat di Kota Pahlawan tersebut yang merasakan berkah penggunaan gas bumi dari PGN ini.

Dipilihnya Surabaya untuk memperluas jaringan pipa gas bumi PGN ini sebenarnya tidak lepas dari kesiapan Kota Surabaya memenuhi persyaratan dasar dalam pembangunan jaringan gas, mulai dari tersedianya infrastruktur pipa, pasokan gas, hingga pasar. Hal ini pula yang menjadi alasan Surabaya dipilih menjadi daerahpercontohan pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga bagi kota-kota lain di Indonesia. Apalagi, pemerintah Kota Surabaya sendiri menegaskan siap menjadi pionir dalam pemanfaatan energi terbarukan ini.

Selain memenuhi persyaratan dasar dalam pembangunan jaringan gas, Pemkot Surabaya juga memiliki berbagai startegi dalam mengajak warganya agar mau melakukan konversi gas. Tidak hanya itu, Pemkot Surabaya juga mendorong penggunaan gas dengan cara mengajak warga yang belum menggunakan gas bumi mengunjungi Kampung Lontong untuk melihat langsung kelebihan dan manfaat pemakaian gas bumi PGN.

Jika melihat berbagai persiapan yang sudah dilakukan PGN yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya, rasanya target 28.500 rumah tangga di Surabaya dan Gresik mendapat pasokan gas bumi bukan menjadi sesuatu hal yang sulit. Apalagi jika melihat kondisi yang sudah ada, di mana sebanyak 14.838 rumah tangga sudah merasakan aliran energi baik dari PGN. 

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs si-nergi
Masih ingat dengan Kampung Lontong yang ada di  daerah Banyuurip, Surabaya. Kawasan yang dikenal sebagai sentra pembuatan lontong ini menjadi salah satu kawasan yang sudah merasakan manfaat pasokan gas bumi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Selain aman, dari sisi efisiensinya gas bumi PGN juga lebih murah dibandingkan LPG karena dipasok selama 24 jam nonstop. Hal ini membuat para pengrajin lontong di sana dapat lebih leluasa dalam berproduksi tanpa harus dibebani biaya produksi.

Masih di kawasan Surabaya, manfaat gas bumi PGN juga turut dirasakan para pelaku UMKM di Kota Pahlawan ini. Sebanyak 30 UMKM yang memproduksi kue dengan bahan bakar gas bumi mengaku sangat terbantu dengan pasokan gas bumi PGN karena dapat menghemat biaya bahan bakar.
Melihat berbagai manfaat yang sudah dirasakan masyarakat, khususnya di Surabaya tidak lantas membuat PGN berhenti berinovasi. Kini, melalui dua program, yaitu program Sayang Ibu dan Jargas, PGN terus memperluas jaringan pipa gas untuk memasok kebutuhan gas bumi dalam negeri. Program ini tentunya menjadi upaya PGN agar semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat energi baik ini.

Melalui dua program ini, PGN pun menargetkan total sebanyak 28.500 rumah tangga di Surabaya dan Gresik mendapat pasokan gas bumi. Untuk program Sayang Ibu, PGN menargetkan penambahan sebanyak 4.500 pelanggan, sedangkan untuk program Jargas sebanyak 24 ribu pelanggan. Adapun untuk saat ini, sebanyak 14.838 rumah tangga sudah merasakan aliran gas bumi PGN.

Sekadar informasi, program Sayang Ibu dengan Jargas ini memiliki perbedaan. Program Sayang Ibu merupakan program dari PGN, di mana anggarannya mandiri dari PGN. Program Sayang Ibu sudah lama diluncurkan, yakni sejak Maret 2014 lalu di Perumnas Klender, Jakarta Timur. Program ini merupakan langkah PGN untuk meneruskan energi baik yang dimiliki oleh perusahaan plat merah tersebut ke seluruh konsumen gas di Indonesia.

Berbeda dengan program Sayang Ibu, Jargas merupakan penugasan dari pemerintah kepada PGN untuk pemasangan jaringan gas  ke rumah tangga. Anggaran yang digunakan pun berasal dari pemerintah. Untuk program Jargas, PGN juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Dukungan ini tidak lepas dari Pemkot Surabaya sendiri yang menginginkan agar semua rumah tangga di sepanjang pipa gas PGN mendapat pasokan gas bumi PGN.


Jika melihat  menfaat yang sudah dirasakan oleh para pengguna gas bumi saat ini, yaitu Kampung Lontong dan pelaku UMKM, penambahan pelanggan gas yang dilakukan PGN ini tentu menjadi langkah yang tepat untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan ini. Apalagi, pemerintah daeerahnya  turut mendukung program yang dilakukan, sehingga akan semakin banyak pula masyarakat yang merasakan manfaat gas bumi dari PGN ini.


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs si-nergi


Sistem informasi desa yang tersambung secara online akan sangat membantu, terutama dalam membuka keterisolasisan desa, misalnya karena keterbatasan infrastruktur, desa kesulitan membuat laporan dana desa. Maka sistem informasi yang online akan memudahkan. Begitulah kiranya menurut Menteri Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo saat membuka Festival Desa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Destika) 2016.

Tak dapat dipungkiri, banyak pedesaan di Indonesia yang masih tertinggal. Padahal, daerah-daerah tersebut memiliki potensi yang besar, salah satunya adalah Papua. Melalui Festival Destika yang keempat inilah diharapkan akan semakin banyak masyarakat pedesaan yang semakin melek teknologi khususnya internet yang memiliki banyak manfaat. Hal ini tentu sejalan dengan komitmen pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam semangat nawacita, salah satunya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dan desa-desa.

Komitmen pemerintah dalam membangun desa dan daerah tertinggal pun dibuktikan salah satunya dengan penyaluran dana desa yang dari tahun ke tahun penyaluran terus meningkat. Sayangnya, selama ini penyaluran dana desa masih terkendala keterbatasan infrastruktur desa dan kapasitas masyarakat. Maka dari itu, melalui sistem informasi online, setidaknya masalah penyaluran ini sedikit bisa teratasi. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi informasi ini juga akan membuat pengelolaan dana desa akan lebih transparan dan akuntabel serta partisipatif.

Melalui Festival Destika ini beragam workshop dan seminar pun digelar, mulai dari pembahasan terkait mengembangkan teknologi pemetaan digital dengan drone, membuat mekanisme pembelajaran digital (e-learning), hingga sistem administrasi pemerintahan berbasis teknologi (e-govermance). Pemerintah pun meyakini bahwa program desa melek teknologi ini akan berhasil dan berkelanjutan. Apalagi dalam pengawasannya nanti akan melibatkan relawan-relawan TI yang siap membimbing warga desa.

Meski sejatinya pemanfaatan teknologi informasi bagi masyarakat desa bukan sesuatu hal yang baru, sebab sudah banyak desa-desa di Indonesia yang menerapkan sistem online. Namun setidaknya, melalui festival Destika ini diharapkan desa-desa di Papua tidak lagi terisolasi dengan sistem online.



Sumber:
Saat ini banyak daerah-daerah di Indonesia gencar menerapkan program Smart City, yakni konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai kegiatan masyarakat, terutama dalam mengelola sumber daya yang ada dengan efisien. Konsep ini juga memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat, hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga sebelumnya. Tentu saja, konsep ini berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Adapun salah satu produk yang dihasilkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya adalah adanya internet.

Era digital seperti sekarang ini membuat keberadaan internet memiliki peran yang sangat penting. Bahkan, sebuah anekdot pun mengatakan “lebih baik sehari tidak makan daripada sehari tidak punya kuota internet”. Hal ini karena sebagian besar aktivitas yang dilakukan tidak lepas dari internet, mulai dari belanja, pesan makanan, bahkan naik ojek pun bisa dilakukan melalui internet. Singkatnya, kehadiran internet secara tidak langsung berhasil mempermudah aktivitas manusia.

Kembali pada konsep smart city. Saat ini, konsep  kota cerdas menjadi impian banyak kota besar di Indonesia. Hal ini karena konsep smart city dianggap sebagai solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di daerah-daerah. Perjalanan menuju konsep smart city di Indonesia pun sudah berjalan perlahan. Dukungan aplikasi yang terus berkembang serta terciptanya ekosistem kreatif di bidang teknologi informasi menjadi langkah awal menuju kota pintar. Setidaknya, hal tersebut dapat dilihat di kota semacam Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta.

Kini, sejenak kita pinggirkan kota-kota besar yang sudah menerapkan konsep smart city. lalu menengok ke ujung timur Indonesia, yakni Papua. Akhri September lalu, Papua baru saja berhasil menggelar Festival DesaTeknologi Informasi dan Komunikasi (Destika). Festival yang digelar di Danau Sentani, Kalkote, Jayapura, Papua, ini tentu diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat dan perangkat desa untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi bagi pembangunan lintas sektor, mulai dalam hal ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga manajemen pemerintah daerah.

Adanya Festival Destika ini menunjukkan bahwa perkembangan konsep smart city di Indonesia perlahan tapi pasti mulai merata. Terbukti, dengan digelarnya Festival Destika di Papua ini akan terbangun sinergi antar desa berbasis teknologi informasi. Salah satu contohnya akan terbangun perniagaan, seperti penjualan produksi-produksi desa ke kota lewat sarana ekonomi digital. Begitu pun sebaliknya, produksi kota bisa dikonsumsi desa dengan harga yang disepakati dan diketahui bersama.

Festival Destika yang sudah berlangsung ini juga melahirkan berbagai gagasan guna memberikan layanan yang berkualitas, mulai dari kesehatan, yakni akan ada kerjasama teknologi dengan pemangku kepentingan eksternal. Kemudian dalam bidang pendidikan akan bekerjasama dengan kampus  dan lembaga pendidikan lain untuk membuat e-learning. Sementara untuk manajemen pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi informasi ini tentu diharapkan dapat membuat pengelolaan dana desa menjadi lebih optimal. Selain itu, melalui teknologi pula pengelolaan dana menjadi lebih transparan dan akuntabel serta partisipatif. Kita juga berharap semoga pemanfaatan teknologi informasi ini diterapkan desa-desa lain.


Sumber:
http://www.plimbi.com/news/158601/smart-city-konsep-kota-cerdas

Secawan kopi, beberapa potong pisang goreng, dan sekelumit persoalan hidup turut tersaji dalam meja, mulai dari soal kericuhan yang terjadi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX, bukannya bersaing dalam prestasi namun justru bersaing dalam hal adu jotos. Kemudian tentang AA Gatot (Gatot Brajamusti) yang semakin menarik bagi para ibu-ibu di daerah saya untuk jadi bahan obrolan saat memilih sayuran, hingga soal persidangan Jesica terkait kopi sianida. Sebagai penikmat kopi, tentu saya baru ini menemukan orang minum kopi menjadi begitu ribet. Saya tidak tahu kapan sidang itu akan segera berakhir, namun dapat saya  pastikan bahwa masih banyak di luar sana, seperti teman-teman saya yang sedang berjuang mengejar sidang skripsi.

Memasuki tegukan kopi yang ketiga, saya mulai tinggalkan berita-berita tadi dan beralih mencari informasi berbeda dari yang itu-itu saja disajikan. Beberapa bulan ini saya memang sedang tertarik dengan perkembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, salah satunya adalah energi gas bumi yang digadang-gadang menjadi energi alternatif masa depan. Jadi, jangan heran kalau kebanyakan isi blog saya ini banyak berbicara seputar energi.

Kali ini dalam sebuah media online saya menemukan berita terkait  gas bumi yang disalurkan PT Perusahaan GasNegara Tbk (PGN) semakin berkontribusi dalam pengembangan industri besar nasional. Adalah PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) yang merupakan anak usaha PGN mulai berbicara banyak dalam pengadaan gas bumi di Semarang. Hal ini tidak lepas karena telah selesainya infrastuktur pipa gas dari lapangan Gas Kopadang di laut utara Jawa ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok, Semarang. Berdasarkan informasi yang saya terima, panjang pipa PLTGU ini 200 kilometer dengan diameter 14 inc, terpasang lintas laut dan ditanam di dasar laut. Selain itu, pembangunan infrastuktur ini juga tergolong lebih cepat dari target yang telah direncanakan.

Keberhasilan PT  KJG memasok gas bumi ke PLTGU Tambak Lorok, Semarang secara tidak langsung telah menggantikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Belum selesai sampai di situ, pasokan gas bumi dari PT KJG ini juga mampu membuat PLN dapat lebih hemat dalam hal biaya operasional, tidak tanggung-tangung PLN mampu menghemat hingga triliunan tiap tahunnya. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan industri-industri di Indonesia mulai memilih menggunakan gas bumi. Apalagi jika dihitung dalam skala nasional, penyaluran gas bumi PGN kepada pelanggannya mampu menghemat Rp88,3 triliun pertahun.

Setelah membaca berita terkait penyaluran gas bumi ke PLTGU Tambak Lorong, Semarang, dalam tegukan kopi berikutnya saya mencari berita terkait penyaluran gas bumi ini. Hasilnya saya temukan, sebelum menyalurkan ke PLTGU Semarang, ternyata PGN sudah lebih dulu memasok gas bumi untuk bahan bakar pabrik feronikel milik PT ANTAM Tbk di Pomala, Sulawesi Tenggara. Tentunya PT ANTAM sudah lebih dulu mempertimbangkan keuntungan yang didapat ketika menggunakan gas bumi PGN ini. Hasilnya dapat dilihat, dalam berita yang dilansir dari detik.com, Tedy Badrujaman selaku Direktur Utama ANTAM mengungkapkan bahwa penggunaan gas bumi dapat lebih menurunkan biaya produksi feronikel, sehingga membuat ANTAM menjadi  lebih kompetitif dan menghasilkan imbal yang lebih tinggi dari lini usaha nikel.

Setelah membaca dua berita positif seputar gas bumi pagi ini, pikiran saya juga terbawa kepada hal yang positif, sebab secara tidak langsung berita seputar gas bumi ini mengallihkan perhatian dan pandangan saya bahwa terlalu banyak berita negatif justru semakin menjual berita tersebut untuk dibaca orang. Padahal, berita-berita positif seperti pengembangan gas bumi ini perlu lebih diekspos lebih banyak ke masyarakat agar semakin banyak masyarakat yang mengatahui manfaat yang didapat dengan menggunakan energi gas bumi.

Dalam tegukan terakhir saya sudahi pula bacaan saya dan mulai menutup smartphone kemudian mandi dan bersiap ke “kantor”, sebab jarum jam sebentar lagi sebentar lagi berada di angka 10.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Sumber:
http://finance.detik.com/energi/3056036/pgn-pasok-gas-bumi-ke-pabrik-feronikel-milik-antam
Kehadiran limbah seringkali tidak dikehendaki oleh masyarakat, bukan hanya karena tidak memiliki nilai ekonomis, kehadiran limbah juga dianggap memiliki dampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Kondisi inilah yang membuat keberadaan limbah masih dipandang sebelah mata. Padahal, jika diolah dan dimanfaatkan secara maksimal, keberadaan limbah bukan lagi menjadi masalah terhadap lingkungan, justru sebaliknya kehadiran limbah dapat memiliki nilai ekonomis. Terlebih dewasa ini semakin para ahli yang memasukkan limbah sebagai energi alternatif. Jika  ini terus dikembangkan, seperti peribahasa “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”, pemanfaatan limbah yang maksimal bukan hanya menjadi solusi energi alternatif, tetapi juga turut menjaga kelestarian lingkungan.

Berbicara pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif, kita tidak perlu repot-repot melihat negara maju, sebab di Indonesia sendiri pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif sudah banyak dilakukan. Dalam tulisan saya sebelumnya, saya sempat membahas bagaimana warga di kawasan Petojo, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, berhasil memanfaatkan energi biogas yang dihasilkan dari kotoran manusia. Padahal tadinya daerah tersebut merupakan daerah kumuh atau bisa dibilang kehidupan warga sekitar jauh dari kata bersih dan sehat akibat buruknya sanitasi. Singkatnya, pemanfaatan biogas dari kotoran manusia di kawasan Petojo ini, selain dapat menjadi energi alternatif, juga turut mengurangi pencemaran lingkungan.

Selain dapat dimanfaatkan menjadi biogas, keberadaan limbah kotoran manusia atau human excreta juga memiliki nilai ekonomis lain, yakni dapat dijadikan bahan pupuk organik yang berkualitas. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi para petani di Indonesia, sebab seringkali kita lihat petani-petani di Indonesia kerap kesulitan mendapatkan pupuk akibat kelangkaaan maupun tingginya harga pupuk di pasaran. Jika masyarakat jeli melihat peluang, tentu kelangkaan pupuk yang selama ini dialami sudah bukan lagi menjadi persoalan berarti. 

Bukan hanya limbah kotoran manusia yang dapat dimanfaatkan menjadi energi alternatif. Beberapa limbah lain juga berpotensi menjadi energi alternatif masa depan. Hal ini tentu sebelumnya telah dilakukan berbagai penelitian. Bahkan, banyak penelitian-penelitian terkait pemanfaatan limbah ini dilakukan oleh pelajar Indonesia. Salah satunya datang dari siswa SMA Muhammadiyah Pakem Yogyakarta yang berhasil memanfaatkan limbah salak pondoh menjadi bioetanol dan pupuk organik. Berkat penelitian yang dilakukan Muhammad Fahmi dan tatang Sasongko ini, mereka terpilih menjadi 25 finalis kompetisi Toyota Eco Youth (TEY) 10. Selain turut berkontribusi dalam upaya mencari energi alternatif, berkat hasil penelitian yang mereka lakukan dapat meningkatkan nilai tambah dari buah salak. Secara tidak langsung, pemanfaatan limbah salak ini mampu memberdayakan para petani salak.

Hal serupa juga terjadi di Malang, Jawa Timur, di mana empat mahasiswa  Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP – UB) Malang berhasil menyulap limbah biogas yang melimpah dan selama ini dibuang percuma menjadi produk dengan nilai ekonomis tinggi. Keempat mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa  bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-Dikti) 2015 ini menamakan produk hasil ciptaan mereka dengan nama “Paprika Manjur”. Pemberian nama Paprika Manjur ini merupakan singkatan dari pakan ternak, pakan ikan, pupuk organik, dan media tanam jamur.

Meski bukan tergolong baru, Paprika Manjur hasil ciptaan mahasiswa Universitas Brawijaya ini memiliki beberapa kelebihan, di antara lebih aman karena diolah oleh bahan-bahan alami. Selain itu, pembuatab Paprika Manjur yang cukup sederhana tidak membutuhkan biaya mahal, sehingga harga jualnya pun juga tidak mahal. Manfaat yang cukup signifikan dari hasil ciptaan mahasiswa Malang ini selain membuat limbah yang tadinya tidak terpakai menjadi memiliki nilai ekonomis, juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Dusun Toyomerto, di mana sebagian besar berprofesi sebagai peternak yang menggunakan biogas sebagai bahan bakar penggganti LPG. Selain itu, hasil temuan ini juga secara tidak langsung  turut menyelamatkan lingkungan dari pencemaran lembah biogas.

Masih di wilayah Malang, pemanfaatan limbah sebagai energi altenatif juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Ketiga mahasiswa tersebut berhasil memanfaatkan rumen atau struktur sistem pencernaan ternak yang umumnya menjadi limbah bagi rumah potong hewa menjadi sumber energi. Melalui sistem kerja dengan mengintegrasikan biogas dengan teknologi microbial fuel cell, ketiga mahasiswa ini memanfaatkan bakteri anaerob, limbah rumen sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi listrik. Sementara limbah dari proses energi listrik dimanfaatkan kembali menjadi pupuk. Hasilnya, penelitian yang mereka lakukan turut dipresentasikan dalam International Engineering Student Conference (IESC) 2016 yang diselenggarakan di Universitas Indonesia pada 19-20 Agustus 2016 lalu.

Semoga dengan berbagai penemuan yang telah dilakukan ini dapat terus dikembangkan, sehingga keberadaan limbah tidak lagi  menjadi masalah. Justru sebaliknya, limbah-limbah yang selama ini dianggap tidak memiliki kegunaan dapat menjadi energi altenatif masa depan.


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi


Sumber:          


Sesuai yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa akan ada lagi kapal-kapal lain yang berlayar mengangkut Liquefield Natural Gas (LNG) menuju Fasilitas Floting Storage and Regasification Unit (FSRU) Lampung selama tahun 2016 ini. Kapal yang saya ibaratkan seperti Sunny Go milik kru Mugiwara No Luffy dalam serial One Piece baru-baru ini telah selesai mengarungi lautan untuk kembali mengantarkan satu kargo (sekitar 137.700 meter kubik) LNG atau gas bumi cair dari Kilang Tangguh - Papua menuju FSRU Lampung. Pelayaran kargo LNG ini menggunakan kapal Tangguh Towuti  dan telah sampai pada 4 September lalu. Perlu diketahui, ini adalah pelayaran kelima kapal tersebut mengantarkan LNG dari delapan kargo yang akan dikirim selama 2016 ini.

Pelayaran kapal dalam mengangkut LNG ini yang membuat saya selalu membayangkan serial One Piece dengan FSRU Lampung. Saya membayangkan bahwa kapal yang berlayar itu adalah Sunny Go, kapal kedua milik kru Mugiwara No Luffy. Kapal yang membawa Luffy dan kawan-kawannya menuju “era baru. Begitu juga dengan kapal yang tiba di FSRU Lampung membawa LNG ini. Kapal ini bagi saya juga membawa era baru, yaitu era di mana masyarakat di Indonesia tidak perlu lagi takut dengan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Era di mana daerah di Indonesia tidak perlu lagi takut kekurangan listrik. Era yang dimulai salah satunya dengan adanya FSRU Lampung ini.

Sama halnya dengan perjalanan yang dilakukan kru Mugiwara No Luffy dalam mengarungi “dunia baru” yang menghadapi berbagai tantangan, FSRU Lampung pun sempat merasakan berbagai persoalan, salah satunya sempat mangkrak selama tujuh bulan di tahun 2015. Namun, berbagai persoalan tersebut kini perlahan mulai teratasi. Sebaliknya, FSRU Lampung yang sebelumnya sempat “mati suri”, kini bakal menjadi alternatif bagi PT PerusahaanGas Negara Tbk (PGN) dalam upaya memenuhi kebutuhan gas bumi bagi pelanggan PGN di Jawa bagian barat dan Sumatera bagian selatan. Hal ini tidak lepas dari upaya yang dilakukan PGN dalam memaksimalkan keberadaan FSRU Lampung untuk mendukung penyerapan produksi gas bumi dalam negeri dan dapat menekan impor gas bumi Indonesia.

Sekadar informasi, sebelum disalurkan LNG terlebih dahulu mengalami proses regasifikasi (mengubah dalam bentuk cair ke gas). Nantinya, dari FSRU Lampung gas tersebut mengalir melalui pipa bawah laut menuju stasiun penerima di Labuan Maringgai yang terhubung dengan pipa South Sumatera West Java (SSWJ), sehingga gas tersebut dapat didistribusikan ke pelanggan PGN di Jawa bagian barat dan Sumatera bagian selatan.

Penting juga untuk diketahui bahwa FSRU ini merupakan sebuah terminal terapung yang di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk menampung LNG dan fasilitas untuk mengubah LNG menjadi gas (regasifikasi). Adapun untuk FSRU Lampung sendiri diresmikan pada 7 April 2014 lalu ini memiliki dimensi LOA 294 meter, luas 66 meter, dan kedalaman 26 meter. Selanjutnya untuk berat FSRU Lampung di dalam air laut adalah 81.900 ton dengan memiliki kapasitas penampung LNG 170.000 meter kubik dan kemampuan regasifikasi 240 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). FSRU Lampung terletak di lepas pantai, yang berjarak sekitar 21 km dari Labuhan Maringgai, Lampung.


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi


Sumber:

Secara bahasa, qurban berasal dari kata qaruba atau qarib yang artinya (men)dekat. Sebelumnya saya ingin meminta maaf jika tulisan ini lebih banyak mencurahkan isi hati (rentan Baper).  Ada banyak sekali cerita yang sebetulnya ingin saya tuliskan, baik itu menjelang maupun saat perayaan Hari Raya Idul Adha. Namun, dari sekian banyaknya cerita tersebut, saya memilih tiga yang akan saya ceritakan. Ketiga cerita ini menurut saya pribadi menjadi wujud makna dari kata qurban yang sesungguhnya.

Cerita pertama datang satu hari menjelang Idul Adha. Salah seorang dari teman saya saat itu ditinggal nikah dengan wanita yang selama ini dia idamkan. Saya tidak tahu alasannya kenapa, tetapi yang jelas sebagai seorang sahabat dan orang yang (juga) pernah mengalami masa seperti itu, saya bisa merasakan betul apa yang teman saya rasakan. Selain itu, sebagai seorang sahabat, saya bersama teman yang lain berusaha menghibur, mulai dari mengajak nongkrong hingga  karaoke-an. Alhasil, malam itu saya menginap di rumah salah satu teman saya.

Peristiwa yang terjadi pada teman saya ini mengingatkan saya dengan perkataan Sudjiwo Tedjo “menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir, kau bisa berencana menikah dengan siapa, tetapi kau tidak bisa merencanakan cintamu untuk siapa”. Selain itu, peristiwa yang menimpa teman saya ini pula membuat jalinan persahabatan dengan teman saya ini  berada pada titik yang begitu dekat. Secara tidak langsung arti (men)dekat dari kata qurban dengan perayaan Idul Adha tahun ini menjadi hikmah tersendiri bagi persahabatan saya dan teman-teman. Kami menjadi begitu dekat.

Hari raya Idul Adha yang baru saja kita lewati juga menghadirkan kenangan saya kepada ibu. Ini adalah tahun pertama saya dan keluarga menjalani Idul Adha tanpa kehadiran sosok ibu. Salah satu kenangan yang begitu terasa adalah saat perayaan Idul Adha tahun lalu. Ketika itu ibu saya mengajak anak-anaknya (termasuk saya) untuk mulai menabung. Uang hasil tabungan nanti akan digunakan membeli sapi untuk di-qurban-kan pada Idul Adha tahun depan (tahun ini). Sayangnya, belum sempat rencana itu dijalankan, ibu saya lebih dulu pulang ke hadapan Illahi. Secara tidak langsung, hikmah qurban tahun ini bagi saya pribadi (men)dekat-kan kenangan sekaligus keinginan ibu saya yang belum sempat tercapai.

Sementara itu, cerita lain dari perayaan Idul Adha tahun ini adalah pada pelaksanaan qurban itu sendiri. Sedikit berbeda dari dua cerita sebelumnya, namun masih berkaitan dengan momen Idul Adha. Pada Hari Raya Idul Adha tahun ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyerahkan hewan qurban di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang menjadi tempat jaringan gas bumi PGN berada.

Sebanyak 143 hewan qurban disumbangkan PGN ke 70 lokasi yang tersebar di wilayah Medan, Sumatera Utara. Hewan qurban yang diserahkan terdiri atas 11 sapi dan 132 kambing. Penyerahan hewan qurban juga dilakukan di wilayah Batam. Sebanyak 42 ekor hewan qurban yang terdiri atas 4 ekor sapi dan 38 ekor kambing diserahkan PGN area Batam.

Penyerahan hewan qurban untuk masyarakat ini menjadi bukti kepedulian PGN terhadap sesama. Bukti kepedulian PGN kepada masyarakat sebetulnya sudah dapat kita lihat dari penyaluran gas bumi ke wilayah-wilayah Indonesia. Hal ini dapat kita lihat untuk wilayah Medan dan Batam. Di Medan, PGN telah memasok gas bumi PGN telah memasok gas bumi ke 20.085 pelanggan, yang terdiri dari 45 industri besar, 436 usaha kecil menengah, 61 usaha komersial seperti cafe dan restoran serta hotel, dan 19.543 rumah tangga. Penyaluran gas bumi di Medan berjalan dengan baik dan lancar. Pelanggan yang menggunakan gas bumi PGN merasakan penghematan yang cukup signifikan, mudah dalam penggunaanya dan aman. Sementara untuk wilayah Batam, PGN telah menyalurkan gas bumi ke berbagai segmen pelanggan, mulai dari pembangkit listrik, industri, komersial, sosial dan rumah tangga.

Selain sebagai bentuk kepedulian PGN, jika kita lihat dari sudut pandang sosial, penyerahan hewan qurban ini juga mencerminkan rasa kepekaan PGN untuk berbagi kepada sesama. Dalam arti yang lebih luas, penyerahan hewan qurban yang dilakukan PGN ini menjadi wujud pemaknaan dari kata qurban itu sendiri, yakni bukan hanya (men)dekat-kan diri kepada Sang Khalik tetapi juga kepada masyarakat  sebagai makhluk sosial.

Tulisan disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Sumber:

Masih dominannya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di kalangan masyarakat Indonesia seiring bertambahnya jumlah penduduk yang secara otomatis meningkat pula jumlah kendaraan. Hal tersebut diperparah dengan kecenderungan masyarakat Indonesia dalam pemanfaatan sumber daya energi yang dihasilkan BBM. Padahal, dengan jumlah konsumsi yang terus meningkat secara otomatis juga menyebabkan harga BBM naik, bahkan mengalami kelangkaan. Hal inilah yang harus disadari masyarakat Indonesia untuk beralih menggunakan energi alternatif guna mengatasi permasalahan BBM yang semakin langka.

Berbicara energi alternatif, sebenarnya Indonesia memiliki banyak solusi guna mengatasi semakin menipisnya energi BBM. Dalam tulisan terdahulu, potensi gas bumi di Indonesia menjadi opsi yang cukup tepat dalam menghadirkan energi baru dan terbarukan. Maka tidak heran, hingga saat ini pemerintah melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus berupaya mengembangkan potensi gas bumi tersebut.

Di saat sedang berupaya mengembangkan potensi gas bumi dan belum habis menikmati energi gas bumi yang ada, kini Indonesia sudah memiliki cadangan energi alternatif lain, yakni bioenergi. Bioenergi ini merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari biomassa. Adapun biomassa merupakan bahan biologis berasal  dari organisme yang belum lama mati, seperti bahan bakar kayu, limbah, dan alkohol. Hal ini berbeda dengan bahan bakar fosil.

Potensi bioenergi yang berasal dari limbah di Indonesia terbilang cukup melimpah, yakni mencapai 49.810 megawatt. Hal ini tidak lepas karena posisi Indonesia sebagai negara agraris yang terletak di daerah khusus khatulistiwa merupakan negara kaya akan potensi bioenergi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam bentuk cair (biodiesel, bioethanol), gas (biogas), padat, maupun sebagai listrik. Apalagi jika melihat kondisi negara Indonesia yang merupakan negara tropis. Hal ini membuat Indonesia mempunyai pasokan biomassa sepanjang tahun. Salah satu contohnya dapat dilihat dari industri kelapa sawit, di mana terdapat surplus limbah biomassa dalam jumlah besar.

Besarnya potensi bioenergi yang dimiliki Indonesia tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan energi, namun juga mempunyai kesempatan yang besar dalam memberikan kontribusi terhadap penyediaan energi bersih, bukan hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga kepada masyarakat dunia.

Sayangnya, meski memiliki potensi yang cukup besar, pemanfaatan bioenergi di Indonesia masih belum maksimal, yakni baru mencapai sekitar 1.618. Jika dihitung dalam persentase, artinya pemanfaatan bioenergi baru 3,25 persen. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM untuk mamasukkan bioenergi sebagai salah satu agenda dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan di Indonesia. Hal tersebut pun sudah dibuktikan, di mana sejak akhir 2008 lalu Kementerian ESDM telah memberlakukan kewajiban pemanfaatan biodiesel dan bioethanol secara bertahap terutama pada sektor transportasi darat.

Semoga dengan besarnya potensi bioenergi yang dimiliki membuat Indonesia semakin memiliki banyak opsi dalam menghadirkan energi alternatif untuk masa depan. Selain itu, adanya pemanfaatan bioenergi ini tentu mengubah pandangan masyarakat Indonesia bahwa limbah di balik segala dampak negatif yang dimilikinya justru menyimpan manfaat yang cukup besar jika dimanfaatkan secara optimal.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi


Sumber:
http://beritadaerah.co.id/2016/08/31/potensi-bioenergi-di-indonesia-luar-biasa-bisa-mencapai-49-810-mw/
Previous PostPostingan Lama Beranda