Thorium, Nuklir Hijau sebagai Energi Alternatif

Leave a Comment

Sumber foto: ilustrasi
Pemanfaatan thorium sebagai energi alternatif kian ramai diperbincangkan. Hal tersebut tidak lepas dari pernyataan Merperin Saleh Husin yang mewacanakan pengembangan energi alternatif pembangkit listrik tenaga nuklir  (PLTN) nonuranium, tepatnya menggunakan unsur thorium atau nuklir hijau. Memang tidak bisa dipungkiri, kata nuklir masih terdengar ‘alergi’ bagi sebagian masyarakat maupun para ahli. Namun, kebutuhan terhadap energi, khususnya listrik yang kian tinggi menuntut perlu adanya upaya penyedian listrik yang cukup dan murah. 

Sejauh ini memang belum ada industri di dunia yang fokus mengembangkan thorium sebagai energi alternatif. Namun, kini banyak negara di seluruh dunia mulai mempertimbangkan rencana untuk menggunakan thorium sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir. Hal ini karena keamanan dan ketersediaan bahan baku thorium lebih banyak di banding uranium. Jumlah thorium di kulit bumi diperkirakan sekitar empat kali lebih banyak dari uranium. Bahkan sebagai perbandingan, 1 kilogram thorium akan menghasilkan energi yang setara dengan yang dihasilkan oleh 300 kilogram uranium atau 3,5 juta kilogram batu bara, tentunya tanpa efek lingkungan dari batu bara di atmosfir atau risiko yang berhubungan dengan limbah uranium. 

Sementara dari sisi keamanannya, thorium jelas lebih aman dibanding uranium. Thorium menghasilkan limbah 90% lebih sedikit dibanding uranium, dan hanya membutuhkan sekitar 200 tahun untuk menyimpan limbahnya, sedangkan uranium butuh waktu hingga 10.000 tahun untuk menyimpan limbahnya. Selain itu, uranium merupakan unsur yang dapat membelah diri setelah bereaksi nuklir. Reaksi uranium akan menghasilkan plutonium, yakni hal yang biasa digunakan dalam dunia persenjataan.  Berbeda dengan thorium yang memiliki sifat tidak dapat membelah diri. Thorium hanya akan membelah diri apabila direaksikan dengan neutron terlebih dahulu. Sifatnya yang tidak bisa membelah diri, maka thorium tidak dapat menghasilkan plutonium. Artinya penggunaan thorium aman karena tidak ada pemanfaatan untuk persenjataan.

Perlu diketahui bahwa reaktor thorium sebenarnya sudah diteliti dan dikembangkan sejak 1970. Namun pemerintah Amerika Serikat saat itu lebih memilih uranium dibanding thorium sebagai bahan bakar nuklir karena perang dingin dan limbah plutonium dari senjata, banyak proyek berbasis thorium dihentikan. Terkait thorium, sumber daya thorium sangat berlimpah, jauh lebih banyak daripada uranium. Australia menjadi negara yang memiliki cadangan thorium terbesar di dunia, diikuti oleh India. Sementara pemerintah Vietnam, India, dan Malaysia sudah menggunakan Thorium sebagai sumber energi alternatif bagi industri mereka. 

Sumber:
http://www.thoriumpowerindonesia.com/teknologi/sekilas-thorium

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar