Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral menyebutkan, hingga saat ini, pemanfaatan energi fosil masih besar
yaitu 94%, sedangkan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) baru 6%. Persentase ini
menunjukkan bahwa EBT belum menjadi prioritas untuk dimanfaatkan, khususnya di
bidang kelistrikan. Padahal, dengan berkaca pada cadangan energi fosil yang
semakin lama semakin menipis, sudah saatnya pemerintah beralih fokus ke EBT ini.
Jika dulu EBT hanya dijadikan energi
alternatif, karena cadangan energi fosil yang masih melimpah. Namun, sekarang
bukan saatnya Indonesia bergantung pada energi fosil lagi, melainkan mulai
melakukan pemanfaatan EBT.
Perlu diketahui, selama 10 tahun ke
depan ini Indonesia membutuhkan energi sekitar 400 juta ton oil equivalent, dan
EBT menyumbang 92 juta ton di dalamnya. Maka dari itu, Dewan Energi Nasional
(DEN) telah memiliki tiga prioritas pembangunan energi jangka panjang. Program
prioritas ini disusun guna mencukupi kebutuhan energi nasional dengan fokus
pada Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Dilansir dari laman okezone.com, anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimy,
mengatakan tiga prioritas pembanguna eneergi jangka panjang ini, di antaranya energiterbarukan, mengurangi pengguanaan bahan bakar minyak (BBM), serta
memaksimalkan gas. Dari ketiga prioritas pembanguanan energi tersebut, energiterbarukan akan menjadi prioritas utama. Hal ini karena menurut Rinaldy, pada
tahun 2025 mendatang 23 persen dari total penggunaan energi nasional akan
ditopang oleh EBT. Oleh karena itu, saat ini DEN tengah fokus mendorong
pemerintah dalam proyek perkembangan EBT di berbagai daerah.
Semoga apa yang dilakukan pemerintah
dalam memanfaatkan energi terbarukan ini berjalan lancar, sehingga berbagai
masalah yang ada, seperti pemadaman serta sistem kelistrikan yang kritis dan
defisit dapat segera teratasi.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar