Kehadiran limbah seringkali tidak dikehendaki oleh
masyarakat, bukan hanya karena tidak memiliki nilai ekonomis, kehadiran limbah
juga dianggap memiliki dampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia. Kondisi inilah yang membuat keberadaan limbah masih
dipandang sebelah mata. Padahal, jika diolah dan dimanfaatkan secara maksimal,
keberadaan limbah bukan lagi menjadi masalah terhadap lingkungan, justru
sebaliknya kehadiran limbah dapat memiliki nilai ekonomis. Terlebih dewasa ini
semakin para ahli yang memasukkan limbah sebagai energi alternatif. Jika ini terus dikembangkan, seperti peribahasa “sekali
mendayung dua tiga pulau terlampaui”, pemanfaatan limbah yang maksimal bukan
hanya menjadi solusi energi alternatif, tetapi juga turut menjaga kelestarian
lingkungan.
Berbicara pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif,
kita tidak perlu repot-repot melihat negara maju, sebab di Indonesia sendiri
pemanfaatan limbah sebagai energi alternatif sudah banyak dilakukan. Dalam
tulisan saya sebelumnya, saya sempat membahas bagaimana warga di kawasan
Petojo, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, berhasil memanfaatkan energi biogas
yang dihasilkan dari kotoran manusia. Padahal tadinya daerah tersebut merupakan
daerah kumuh atau bisa dibilang kehidupan warga sekitar jauh dari kata bersih
dan sehat akibat buruknya sanitasi. Singkatnya, pemanfaatan biogas dari kotoran
manusia di kawasan Petojo ini, selain dapat menjadi energi alternatif, juga
turut mengurangi pencemaran lingkungan.
Selain dapat dimanfaatkan menjadi biogas, keberadaan limbah
kotoran manusia atau human excreta juga memiliki nilai ekonomis lain, yakni
dapat dijadikan bahan pupuk organik yang berkualitas. Hal ini tentu menjadi
kabar baik bagi para petani di Indonesia, sebab seringkali kita lihat
petani-petani di Indonesia kerap kesulitan mendapatkan pupuk akibat kelangkaaan
maupun tingginya harga pupuk di pasaran. Jika masyarakat jeli melihat peluang,
tentu kelangkaan pupuk yang selama ini dialami sudah bukan lagi menjadi
persoalan berarti.
Bukan hanya limbah kotoran manusia yang dapat
dimanfaatkan menjadi energi alternatif. Beberapa limbah lain juga berpotensi
menjadi energi alternatif masa depan. Hal ini tentu sebelumnya telah dilakukan
berbagai penelitian. Bahkan, banyak penelitian-penelitian terkait pemanfaatan
limbah ini dilakukan oleh pelajar Indonesia. Salah satunya datang dari siswa
SMA Muhammadiyah Pakem Yogyakarta yang berhasil memanfaatkan limbah salak
pondoh menjadi bioetanol dan pupuk organik. Berkat penelitian yang dilakukan
Muhammad Fahmi dan tatang Sasongko ini, mereka terpilih menjadi 25 finalis
kompetisi Toyota Eco Youth (TEY) 10. Selain turut berkontribusi dalam upaya
mencari energi alternatif, berkat hasil penelitian yang mereka lakukan dapat
meningkatkan nilai tambah dari buah salak. Secara tidak langsung, pemanfaatan
limbah salak ini mampu memberdayakan para petani salak.
Hal serupa juga terjadi di Malang, Jawa Timur, di mana
empat mahasiswa Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya (FTP – UB) Malang berhasil menyulap limbah
biogas yang melimpah dan selama ini dibuang percuma menjadi produk dengan nilai
ekonomis tinggi. Keempat mahasiswa yang tergabung dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat
(PKM-Dikti) 2015 ini menamakan produk hasil ciptaan mereka dengan nama “Paprika
Manjur”. Pemberian nama Paprika Manjur ini merupakan singkatan dari pakan
ternak, pakan ikan, pupuk organik, dan media tanam jamur.
Meski bukan tergolong baru, Paprika Manjur hasil ciptaan
mahasiswa Universitas Brawijaya ini memiliki beberapa kelebihan, di antara
lebih aman karena diolah oleh bahan-bahan alami. Selain itu, pembuatab Paprika
Manjur yang cukup sederhana tidak membutuhkan biaya mahal, sehingga harga
jualnya pun juga tidak mahal. Manfaat yang cukup signifikan dari hasil ciptaan
mahasiswa Malang ini selain membuat limbah yang tadinya tidak terpakai menjadi
memiliki nilai ekonomis, juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Dusun
Toyomerto, di mana sebagian besar berprofesi sebagai peternak yang menggunakan
biogas sebagai bahan bakar penggganti LPG. Selain itu, hasil temuan ini juga
secara tidak langsung turut
menyelamatkan lingkungan dari pencemaran lembah biogas.
Masih di wilayah Malang, pemanfaatan limbah sebagai
energi altenatif juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
tiga mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Ketiga
mahasiswa tersebut berhasil memanfaatkan rumen atau struktur sistem pencernaan
ternak yang umumnya menjadi limbah bagi rumah potong hewa menjadi sumber
energi. Melalui sistem kerja dengan mengintegrasikan biogas dengan teknologi
microbial fuel cell, ketiga mahasiswa ini memanfaatkan bakteri anaerob, limbah
rumen sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi listrik. Sementara limbah
dari proses energi listrik dimanfaatkan kembali menjadi pupuk. Hasilnya,
penelitian yang mereka lakukan turut dipresentasikan dalam International
Engineering Student Conference (IESC) 2016 yang diselenggarakan di Universitas
Indonesia pada 19-20 Agustus 2016 lalu.
Semoga dengan berbagai penemuan yang telah dilakukan ini
dapat terus dikembangkan, sehingga keberadaan limbah tidak lagi menjadi masalah. Justru sebaliknya,
limbah-limbah yang selama ini dianggap tidak memiliki kegunaan dapat menjadi
energi altenatif masa depan.
Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs
Si-Nergi
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar