Pada
bagian awal novel Belenggu, ada
beberapa sambutan yang dilontarkan oleh para sastrawan. Salah satu sastrawan
yang memberikan komentarnya terhadap novel Belenggu
ini adalah Sutan Takdir Alisyahbana. Ia mengatakan bahwa pada hakekatnya
Armijn ialah seorang romantikus, yang suka mengembara dalam jiwanya, melompat,
dengan tiada mempedulikan logika dan kausalitet kejadian. Selanjutnya STA juga
mengungkapkan yang menarik dalam novel Belenggu
ialah permainan perasaan pengarangnya, yang memberikan kepada buku ini
suatu suasana romantika yang gelap gulita serta pesimistis oleh karena
watas-watasnya sudah ditetapkan oleh berbagai-bagai belenggu yang dimana-mana
hendak dikemukakan pengarangnya. Hal ini menarik untuk sama-sama kita ketahui.
Bentuk romantika kegelapan seperti apa yang coba diungkapkan Armijn Pane pada
tokoh Tono, Tini, dan Rohayah yang membuat mereka terbelenggu.
Banyak
yang mengatakan bahwa Belenggu adalah
novel psikologi pertama di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari kemampuan Armijn
Pane menghadirkan konflik-konflik psikologi dari tiap tokohnya. Selain itu,
mengenai novel Belenggu ini, terdapat
dua pandangan yang berbeda antara yang setuju dan yang tidak setuju. Kalangan
yang tidak setuju dengan Belenggu ini
menganggap bahwa novel ini porno karena memasukkan tokoh pelacur dan tema perselingkuhan.
Sedangkan, bagi kalangan yang setuju dengan novel Belenggu ini karena menurut mereka Armijn Pane berhasil mengungkap
kebobrokan-kebobrokan yang terjadi, terutama di kalangan pelajar atau orang
yang memiliki pendidikan tinggi.
Romantika
kegelapan yang terdapat pada tokoh Dokter Sukartono (Tono) yang pertama adalah
dari profesinya sebagai seorang dokter. Padahal ia sendiri kurang menyukai
profesi sebagai dokter. Sebab, sebenarnya ia lebih tertarik kepada dunia seni.
Selanjutnya Tono juga terjebak oleh pernikahannya dengan Sukartini (Tini). Sebenarnya
Tono lebih menginginkan istri tradisional yang bersedia menyiapkan makan dan
menunggunya di rumah. Namun, hal tersebut nampaknya tidak ada pada diri Tini.
Ia merupakan wanita modern yang aktif dengan kegiatan sosial, sehingga ia tidak
pernah mengurusi rumah tangga.
Romantika
kegelapan yang dialami tokoh Tono juga terlihat dari perselingkuhannya dengan
Rohayah (Yah), yang tidak lain adalah seorang pelacur. Ketiga hal inilah yang
dimaksudkan sebagai romantika kegelapan yang dialami tokoh Tono dan membuat ia
semakin terbelenggu dengan pofesinya sebagai seorang dokter, pernikahannya
dengan Tini, serta perselingkuhannya dengan Yah.
Pada
tokoh Tini, romantika kegelapan yang digambarkan Armijn Pane dilihat dari masa
lalu Tini dengan Hartono, yang merupakan pacarnya waktu sama-sama masih
sekolah. Mereka berdua juga aktif dalam berorganisasi. Hingga akhirnya Tini dan
Hartono terjebak dalam pergaulan seks bebas yang menyebabkan Tini sudah tidak
perawan lagi. Inilah bentuk kebobrokan yang diungkapkan Armijn Pane kepada kaum
inteletual, bahwa meskipun mereka memiliki pendidikan tinggi dan aktif dalam
berorganisasi, tetapi justru mereka melakukan hal-hal yang tidak senonoh,
seperti melakukan seks bebas.
Selanjutnya
romantika kegelapan yang ada pada tokoh Tini dapat dilihat dari pernikahannya
dengan Tono. Pekerjaan Tono sebagai seorang dokter menyebabkan ia terlalu sibuk
merawat pasien, sehingga ia tidak punya waktu untuk bersama Tini. Selain itu,
pandangan patriaki tokoh Tini yang tidak terima bahwa seorang istri hanya diam
di rumah, menunggu suami pulang dan menyiapkan makanan. Ketiga romantika
kegelapan inilah yang membuat tokoh Tini terbelenggu, yaitu terbelenggu oleh
masa lalunya yang sudah tidak perawan lagi karena melakukan seks bebas,
terbelenggu oleh pernikahannya dengan Tono, serta terbelenggu oleh pandangan
patriakinya sendiri.
Begitupun
pada tokoh Rohayah (Yah). Armijn Pane menggambarkan romantika kegelapan pada
tokoh Yah dari kehidupannya sebagai seorang pelacur. Selain itu, dapat dilihat
dari perilakunya yang selingkuh dengan Tono dengan berpura-pura menyamar sabagai
Nyonya Eni. Sebenarnya Yah sudah menikah dengan laki-laki lain dan pindah ke
Palembang. Namun, karena ia terbelenggu oleh kisah cintanya dengan Tono sejak
masih mereka sekolah bersama. Akhirnya Yah memutuskan untuk kabur dari suaminya
dan pergi menemui Tono setelah ia mengetahui keberadaan Tono ketika ia sedang
mendengarkan radio. Inilah romantika kegelapan yang digambarkan dalam diri
seorang Yah, yang bestatus sebagai seseorang
yang tidak perawan lagi dan terjebak oleh kisah cintanya, sehingga ia memutuskan
untuk menjadi seorang pelacur.
Tidak
berhenti sampai pada penggambaran masing-masing tokoh. Kritikan Armijn Pane
juga terlihat waktu Tini mengetahui Tono selingkuh dengan Yah. Ketika Tini
hendak memarahi Yah, dan menghina bahwa Yah adalah seorang pelacur, Yah balik
melawan dengan membongkar masa lalu Tini yang sama buruknya dengan ia, yaitu
pernah melakukan seks bebas, sehingga secara tidak langsung Armijn Pane
menganggap bahwa mereka yang berpendidikan tinggi, namun melakukan seks bebas
tidak ada bedanya dengan pelacur.
Ingat
lagi nyonya, beberapa tahun yang lalu, nyonya masih sekolah, ingat lagi sopir
yang membawa nyonya dan tuan studen Technische Hooge School?”
“Nyonya, manakah beda
kita? Janganlah memaki-maki.” (h. 132)
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa romantika kegelapan yang dimaksud Armijn
Pane dalam novel Belenggu adalah ia
berhasil membongkar kebobrokan yang terjadi pada mereka yang mengaku
berpendidikan tinggi, namun melakukan perilaku seks bebas yang mengakibatkan
mereka terbelenggu pada kehidupannya sendiri. (Fahrudin
Mualim).